Senin, 26 Oktober 2009

Rukun Iman

Rukun itu perbuatan yang harus dilakukan untuk melengkapi suatu pemenuhan. Oleh sebab itu Rukun Iman itu perbuatan pembenaran atas untuk memenuhi kelengkapan iman sesorang sebagai orang beriman.

Rukun Iman ada enam yaitu :

Beriman Kepada Allah

Dengan Iman, kita membulatkan keyakinan dan menundukkan diri serta hati kita hanya kepada-Nya.Secara positifnya kita menuju Tauhid yang semurni-murninya dan secara negatif kita menolak segala bentuk pemujaan kepada selain Allah s.w.t.

Beriman Kepada Malaikat-Malaikat

Dengan Iman kita mempercayai bahawa adanya makhluk ghaib yang bernama Malaikat yang menjalankan tugasnya mengikut perintah Allah.Secara positif kita percaya kepada alam ghaib yang ditegaskan oleh Allah dan secara negatif kita menolak segala bentuk ghaib yang tidak dinyatakan Allah.

Beriman Kepada Rasul-Rasul

Dengan beriman kepada Rasul-Rasul, kita mempercayai adanya pesuruh-pesuruh Allah di muka bumi ini untuk dijadikan petunjuk dan teladan.

Beriman Kepada Kitab-Kitab

Dengan beriman kepada kitab-kitab suci, kita mempercayai adanya kitab-kitab Allah yang memimpin manusia, yang di akhiri oleh Kitab Al-Quran.

Beriman Kepada Hari Kiamat

Dengan Iman, kita mempercayai bahawa di sebalik kehidupan di dunia yang fana ini masih ada lagi kehidupan yang abadi dan berkekalan iaitu suatu tempat penentuan kedudukan manusia sama ada di syurga atau neraka.

Beriman Kepada Qada’ dan Qadar

Dengan beriman kepada qada’ dan qadar, kita mempercayai bahawa di samping kita berusaha dan merancang akan kehidupan di dunia ini, Allah telah menentukan segala sesuatu itu dan terletak di dalam kekuasaan-Nya.

1. Allah swt.


Allah SWT itu nama Tuhan sebagaimana pekenalan-Nya melalui Surat Thaahaa ayat 14. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku…

Selain Nama, Allah juga memiliki gelar atau sebutan yang dikenal sebagai Asma’ul Husna (QS. 20:8).

Untuk memahami keberadaan Allah, Al Quran telah memberikan panduan bagi manusia baik dalam bentuk pengetahuan yang harus diimani maupun dalam bentuk restriksi/pembatasan yang harus ditaati. Dan untuk memahami siapa Allah telah diberikan penggambaran akan sifat-sifat-Nya sebagaimana dinyatakan Gelar atau Sebutan-Nya dalam Asmaul Husna itu.

Kekuasaan Allah

Allah sebagai Tuhan yang Maha Kuasa sudah barang tentu tidak terikat oleh ruang dan waktu. Karena Allah-lah yang menciptakan waktu, dialah yang menciptakan alam ghaib dan alam nyata. Allah Oleh sebab itu dalam Al Quran Surat Al Hadid 57 : 3 disebutkan bahwa : Dialah yang awal dan Dialah yang Akhir. Dialah yang lahir maupun yang batin

Karena Kekuasaan-Nya, maka tiada sesuatupun yang dapat menandinginya. Dan bagi-Nya tidak ada yang semisal dengan-Nya. Lihat Al Quran Surat Asy-Syuura ayat 11. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia

Keesaan Allah

Allah itu Tuhan yang Maha Kuasa, Keberadaan-Nya tidak melalui kelahiran, dan tidak pula melahirkan. Sekiranya ada tuhan lain selain Allah, maka tuhan itu dapat dikatakan tidak Maha Kuasa lagi. Untuk itulah Allah dapat dipahami melalui Surat Al Ikhlas, Surat ke 112 yang terjemahannya :

  1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
  2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
  3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
  4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia

Untuk mamahmai perkembangan pemahaman ulama atas Keesaaan Allah (Tauhid) telah terdapat pendekatan-pendekatan yang dikenal sebagai Lima Aspek Keesaan (Ketauhidan) yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, Tauhid Hakimiyah, Tauhid Asmaa’ dan Tauhid Sifat.

2. Malaikat


Malaikat merupakan kata jamak yang berasal dari Arab malak (ملاك) yang berarti kekuatan. Jadi malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah.

Malaikat diciptakan oleh Allah terbuat dari cahaya (nuur)

man kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya.

Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada Nabi Ibrahim.

Di antara para malaikat yang wajib setiap orang Islam ketahui sebagai salah satu Rukun Iman berserta tugas-tugas mereka adalah:

  1. Jibril – Menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul Allah.
  2. Mikail – Membagi rezeki kepada seluruh makhluk, di antaranya menurunkan hujan.
  3. Israfil – Meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat.
  4. Izrail – Mencabut nyawa seluruh makhluk.
  5. Munkar – Memeriksa amal perbuatan manusia di alam barzakh.
  6. Nakir – Memeriksa amal perbuatan manusia di alam barzakh.
  7. Raqib – Mencatat amal baik manusia ketika hidup di dunia.
  8. Atid – Mencatat amal buruk manusia ketika hidup di dunia.
  9. Malik – Menjaga neraka dengan bengis dan kejam.
  10. Ridwan – Menjaga sorga dengan lemah lembut.

Dari nama-nama malaikat di atas hanya tiga yang disebut dalam Al Qur’an, yaitu Jibril (QS 2 Al Baqarah : 97,98 dan QS 66 At Tahrim : 4), Mikail (QS 2 Al Baqarah : 98) dan Malik (QS Al Hujurat). Sedangkan Israfil, Munkar dan Nakir disebut dalam Hadits.

Nama Malaikat Maut, Izrail, tidak ditemukan sumbernya baik dalam Al Quran maupun Hadits. Kemungkinan nama malaikat Izrail didapat dari sumber Israiliyat. Dalam Al Qur’an dia hanya disebut Malaikat Maut.

Walau namanya hanya disebut dua kali dalam Al Qur’an, malaikat Jibril juga disebut di banyak tempat dalam Al Qur’an dengan sebutan lain seperti Ruhul Qudus, Ruhul Amin dll.

Selain malaikat tersebut diatas Al Qur’an juga menyebutkan beberapa malaikat lainnya, seperti :

  • Malaikat Zabaniah – 19 malaikat penyiksa dalam neraka.
  • Hamalatul ‘Arsy – Empat malaikat pembawa ‘Arsy Allah, pada hari kiamat jumlahnya akan ditambah empat menjadi delapan.
  • Malaikat Rahmat (kitab Daqoiqul Akhbar)
  • Malaikat Harut dan Marut – Dua Malaikat yang turun di negeri Babil
  • Malaikat Hafazhah (Para Penjaga):
  1. Malaikat Kiram al-Katibun – Para malaikat pencatat yang mulia, ditugaskan mengawasi amal seorang hamba-Nya.
  2. Malaikat Mu’aqqibat – Para malaikat yang ditugaskan menjaga seorang hamba dalam segala ihwalnya.

Sifat Malaikat

Sifat-sifat malaikat yaitu mereka selalu patuh terhadap apa-apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. Mereka tidak diciptakan untuk membangkang atau melawan kepada Allah. Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu, tidak memiliki keinginan seperti manusia, tidak berjenis lelaki atau perempuan, dan tidak berkeluarga. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta.

Malaikat tidak pernah lelah dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka. Mereka tidak makan, minum atau tidur seperti manusia. Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan.

Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan oleh manusia, dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika malaikat menampakkan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Beberapa nabi dan rasul telah di tampakkan wujud malaikat yang berubah menjadi manusia, seperti dalam kisah Luth, Maryam, Muhammad dan lain-lainnya.

Berbeda dengan ajaran Nasrani dan Yahudi, Islam tidak mengenal istilah “Malaikat Yang Terjatuh” (Fallen Angel). Iblis adalah nenek moyang Jin, seperti Adam nenek moyang Manusia. Jin adalah makhluk yang dicipta oleh Allah dari ‘api yang tidak berasap’, sedang malaikat dicipta dari cahaya.

Tempat tidak disukai Malaikat

Rumah-rumah yang akan dijauhi malaikat misalnya, rumah yang di dalamnya ada anjing, patung(gambar), dan bau busuk atau menyengat di rumah.

Tidak sedikit nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang.

Rasulullah bersabda: “ Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (patung)” [HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah]

Jibril pun enggan untuk masuk ke rumah rasulallah sewaktu ia berjanji ingin datang ke rumahnya, dikarenakan ada seekor anak anjing di bawah tempat tidur.

Malaikat rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang berteman dengan anjing. Abu Haurairah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah bersabda : “ Malaikat tidak akan menemani kelompok manusia yang di tengah-tengah mereka terdapat anjing”. [HR Muslim]

3. KItabullah


Beriman kepada kitab-kitab Allah adalah termasuk salah satu rukun iman, sebagaimana firman Allah azza wa jalla yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa’: 136)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah ta’ala memerintahkan agar kita beriman kepada-Nya, kepada Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam, kepada kitab-Nya yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya yakni Al-Qur’an dan juga memerintahkan agar kita mengimani kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur’an. Dalam hadits dari Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Hendaknya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasu-lNya, hari Akhir dan hendaknya engkau beriman kepada qadar (takdirNya), yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim)

Saudariku, perlu kita ketahui bersama bahwa keimanan kepada kitab-kitab Allah terkandung di dalamnya empat unsur, yaitu:

Pertama, adalah beriman bahwa kitab-kitab itu benar-benar diturunkan dari sisi Allah ta’ala.

Kedua, beriman kepada apa yang telah Allah namakan dari kitab-kitabNya dan mengimani secara global kitab-kitab yang kita tidak ketahui namanya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” Ayat ini menunjukkan bahwa terdapat kitab bagi setiap Rasul, akan tetapi kita tidak mengetahui seluruh namanya. Adapun kitab-kitab yang kita ketahui namanya adalah Al-Qur’an Al-Karim yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihiwasallam, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘alaihissalaam, Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud ‘alaihissalaam, Suhuf Ibrohim, dan Taurat (Ada sebagian ulama yang menyatakan kitab yang diturunkan bagi nabi Musa ‘alaihissalaam adalah Taurat, ada pula yang menyatakan bahwa bagi nabi Musa ‘alaihissalaam terdapat kitab lainnya yaitu Suhuf Musa).

Ketiga, yaitu membenarkan berita-berita yang benar dari kitab-kitab tersebut sebagaimana pembenaran kita terhadap berita-berita Al-Qur’an dan juga berita-berita lainnya yang tidak diganti atau dirubah, dari kitab-kitab terdahulu (sebelum Al-Qur’an).

Keempat, yaitu mengamalkan hukum-hukum yang tidak dihapus (nasakh) serta dengan rela dan pasrah menerimanya, baik kita ketahui hikmahnya atau tidak. Ketahuilah saudariku, bahwa seluruh kitab yang ada telah terhapus (mansukh) dengan turunnya Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai muhaimin terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (QS. Al-Maa’idah 5:48). Artinya, Al-Qur’an sebagai ‘hakim’ atas kitab-kitab yang ada sebelumnya. Maka tidaklah diperbolehkan untuk mengamalkan hukum apapun dari hukum-hukum terdahulu, kecuali yang sah dan diakui oleh Al-Qur’an.

Buah Keimanan Kepada Kitab-Kitab Allah

Setelah mengetahui bagaimana mengimani kitab-kitab Allah secara benar, maka tentunya keimanan tersebut akan berdampak bagi diri seorang muslim. Diantara buah keimanan tersebut adalah:

  1. Mengetahui pertolongan Allah ta’ala pada hamba-hamba-Nya dimana Allah menurunkan kepada setiap kaum kitab yang memberi petunjuk pada mereka.
  2. Mengetahui dengan hikmah-Nya, Allah ta’ala mensyari’atka kepada setiap kaum sesuai dengan keadaan mereka. Sebagaimana dalam firman-Nya, “Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (QS. Al-Maa’idah 5:48)

Semoga kini engkau memahamibagaimana beriman kepada kitab-kitab Allah ta’ala secara benar. Kitab-kitab yang seluruhnya adalah kalamullah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada setiap Rasul. Tunduk dan berserah diri dengan apa yang ada pada kitab terakhir yang diturunkan yaitu Al-Qur’an dengan tanpa menafikan kebenaran yang ada pada kitab-kitab sebelumnya. Mengamalkan seluruh hukumnya tanpa memilih sebagian ayat dan menolak ayat lainnya yang ini merupakan tindakan kekufuran – na’udzubillahi min dzalik-. Semoga Allah memudahkan kita dalam menjalankan syari’at ini. Hanya Allah-lah tempat bersandar dan memohon pertolongan.

4. Nabi dan Rasul


Nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah dengan suatu syari’at namun tidak diperintah untuk menyampaikannya, akan tetapi mengamalkannya sendiri tanpa ada keharusan untuk menyampaikannya. Menurut beberapa riwayat jumlah nabi yang diturunkan oleh Allah ke bumi ini sekitar 124.000 orang. Sekitar 315 orang dari mereka diangkat sebagai Rasul, dan hanya 25 orang Rasul yang wajib diketahui dan tertera didalam Al-Qur’an.

Perbedaan nabi dan rasul

Rasul adalah nabi yang diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada kaumnya pada zamannya. Percaya kepada para nabi dan para rasul merupakan Rukun Iman yang keempat dalam Islam.

Kata “nabi” berasal dari kata naba yang berarti “dari tempat yang tinggi”; karena itu orang ‘yang di tempat tinggi’ semestinya punya penglihatan ke tempat yang jauh (kias untuk masa depan) yang disebut nubuwwah. Para Nabi boleh menyampaikan wahyu yang diterimanya tetapi tidak punya kewajiban atas umat tertentu atau wilayah tertentu. Sementara, kata “rasul” berasal dari kata risala yang berarti penyampaian. Karena itu, para rasul, setelah lebih dulu diangkat sebagai nabi, bertugas menyampaikan wahyu dengan kewajiban atas suatu umat atau wilayah tertentu. Dari semua rasul, Muhammad sebagai ‘Nabi Penutup’ yang mendapat gelar resmi di dalam Al-Qur’an Rasulullah adalah satu-satunya yang kewajibannya meliputi umat dan wilayah seluruh alam semesta ‘Rahmatan lil Alamin’.

Nabi dan rasul dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an menyebut beberapa orang sebagai nabi. Nabi pertama adalah Adam. Nabi sekaligus rasul terakhir ialah Muhammad yang ditugaskan untuk menyampaikan Islam dan peraturan yang khusus kepada manusia di zamannya sehingga hari kiamat. Isa yang lahir dari perawan Maryam binti Imran juga merupakan seorang nabi. Selain ke-25 nabi sekaligus rasul, ada juga nabi lainnya seperti dalam kisah Khidir bersama Musa yang tertulis dalam Surah Al-Kahf ayat 66-82. Terdapat juga kisah Uzayr dan Syamuil. Juga nabi-nabi yang tertulis di Hadits dan Al-Qur’an, seperti Yusya’ bin Nun, Zulqarnain, Iys, dan Syits.

Sedangkan orang suci yang masih menjadi perdebatan sebagai seorang Nabi atau hanya wali adalah Luqman al-Hakim dalam Surah Luqman.

Rasul adalah seorang yang mendapat wahyu dari Allah dengan suatu syari’at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya dan mengamalkannya.

Allah Ta’ala berfirman: “Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu’jizat melainkan dengan seizin Allah. (Ghafir : 78)

Menurut beberapa riwayat jumlah nabi yang diturunkan oleh Allah ke bumi ini sekitar 124.000 orang. Sekitar 315 orang dari mereka diangkat sebagai Rasul, dan hanya 25 orang Rasul yang wajib diketahui dan tertera didalam Al-Qur’an.

Rasul-Rasul yang tertera didalam Al-Qur’an adalah :


5. Akhirat

Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki. Pengertian alba’ts (kebangkitan) menurut syar’i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.

6. Qodho dan Qodar


Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya.

Banyak sekali dalil mengenai keenam rukun Iman ini, baik dari segi Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Diantaranya adalah firman Allah Ta’ala:

”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, dan
nabi-nabi…”
(Al-Baqarah:177)

”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut qadar (ukuran).”
(Al-Qomar: 49)

Juga sabda Nabi shalallahu alaihi wa salam dalam hadits Jibril:
”Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir Allah, yang baik maupun yang buruk.” (HR Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar