Senin, 23 November 2009

Kata-katanya Tidak Semanis Rupa nya

Sore itu aku baru saja pulang dari sebuah klinik kesehatan untuk mengimunisasikan anakku. Aku menyetop sebuah koasi (angkutan kota bekasi) arah ke rumah bersama dengan suami. Belum lama kami naik, menyusul seorang ibu muda bersama anaknya kira-kira umur 4 tahun. Kami duduk berhadapan, Ibu muda tersebut tersenyum dan menyapa seperlunya. Aku fikir..ehmmm, ramah juga orang ini, cantik pula rupanya serasi dandanannya.

Sampai setengah perjalanan, koasi yang kami tumpangi mulai penuh sesak. Pak supir mulai sibuk mengatur posisi duduk kami..”Rapat..rapat, yang kecil dipangku!” teriaknya. Ibu muda tadi pun menyuruh anaknya untuk duduk dipangkuannya.”Nggak mau ma..nggak mau dipangku, ade mau berdiri aja!” Kata anak tsb.

Akhirnya sampailah koasi di jalan masuk komplek perumahanku, mulai deh aku harus menahan gonjang-ganjing koasi ini, karena jalanan memang sudah rusak dengan lobang disana-sini. Sampai dilobang jalan yang paling dalam tiba-tiba..” gubrrakkk!...anak ibu muda tadi terjatuh, Innalillahi!”...Teriakku. Tapi yang bikin aku lebih kaget bukan jatuhnya anak tersebut, tapi teriakan Ibu muda tadi dan juga kemarahannya pada anaknya.

”Dasar Mo...t. (menyebut nama binatang)!…, makanya dari tadi sudah mama bilangin untuk dipangku mama aja, makanya rasain jadinya!...”Begitu marahnya si ibu pada anaknya tak peduli anaknya sedang meringis kesakitan. Kontan saja sebagian penumpang geleng-geleng kepala termasuk aku dan suamiku. Sambil membatin sendiri.

Waduh..sayang banget ya…sudah orangnya ramah, cantik tapi kok ngomongnya…….., Astagfirulloh……, Ah..mungkin Ibu tadi khilaf aja, dan mudah-mudahan si ibu kembali tersadar. Bahwa perkataan keras kepada anaknya apalagi sesuatu yang buruk akan terus teringat sampai dewasa kelak.

Sesampai dirumah aku masih saja teringat-ingat kejadian tadi. Semoga saja kami orang tua yang bisa memberikan contoh yang terbaik buat anak-anak kami seperti yang telah diajarkan oleh Rosullulloh SAW. dan aku juga harus berinstropeksi diriku apakah aku masih jauh dari akhlak Rosullulloh, perlahan aku ambil sebuah cermin dan ku pandang diriku dan berdoa :

“Alhamdulillah… Allohumma Kamaa Hassanta kholqi Fa Hassin Khuluqi…
Segala Puji hanya milik Alloh…Ya..Alloh sebagaimana Engkau memberikan rupa yang baik, maka jadikanlah padaku akhlak yang baik. Amin…

Bertemu Manusia Langit

Semua mahasiswa bisa dikatakan kenal dengan Agus-bukan nama sebenarnya, aktivis yang sering muncul dalam berbagai media dan kegiatan di Kairo. Sejak beberapa tahun terakhir ini, nama Agus masuk pada deretan aktivis populer di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir. Ia sering tampil dalam berbagai acara. Tulisan-tulisannya banyak tersebar di beberapa buletin mahasiswa.

Hati saya tergerak untuk mengenal sosok Agus. Mengenal orang-orang masyhur sedikit banyaknya bisa memberi manfaat bagi saya dan belajar dari pengalaman hidup mereka sehingga saya juga bisa mengikuti jejak langkah mereka menggapai prestasi.
Dalam beberapa kali kesempatan saya memanfaatkan waktu datang ke tempat Agus beraktifitas. Saya ingin berinteraksi langsung dengan sosok satu itu.

Suatu ketika, azan ashar dikumandangkan di mesjid dekat tempat Agus beraktivitas. Usai iqamah saya tidak melihat ia mendatangi mesjid. Setelah shalat saya mendatanginya dan bertanya, "Antum udah shalat?", ia menjawab, "Belum, masih banyak yang belum selesai". Dalam hati saya berkata, "Manakah yang lebih besar dan utama, panggilan kewajiban dari Allah swt atau panggilan kerja ?'.
Sisi lain yang saya temukan adalah, Agus terlalu open dengan wanita. Ketika saya bertanya pada teman-teman yang serumah dengan Agus bagaimana keseharian dan prilakunya, banyak jawaban mereka yang kurang memuaskan hati saya tentang Agus.

Singkat kata, banyak hal yang saya temukan pada diri Agus tidak sejalan dengan pemahaman islam yang benar. Perkenalan saya dengan Agus rupanya tidak berbuah kepuasan dalam hati saya. Saya mengenal Agus hanyalah sosok yang biasa saja.

Siapa yang kenal dengan bang Alim? Tidak begitu banyak. Abang yang murah senyum ini lebih berkesan di hati saya. Ia memang tidak dikenal di kalangan mahasiswa secara luas. Bang Alim sudah hampir 6 tahun berada di Mesir. Dan selama saya berada di Mesir, saya belum pernah membaca tulisannya tampil di media mahasiswa. Ketika saya tanyakan tentang hal itu, beliau menjawab dengan senyum, "Akhi, abang tidak pandai menulis".

Saya mulai mengenal bang Alim ketika menaiki bis ke kuliah. Saya duduk berdampingan dengan beliau. Raut muka, tutur kata, isi pembicaraan dan sikap beliau begitu menggetarkan hati saya dan membuat saya takjub. Perkenalan pertama begitu menggoda saya untuk lebih jauh mengenal beliau. Bang Alim bagi saya adalah sosok yang penuh pesona.

Teman yang serumah dengan bang Alim bercerita, "Di rumah kami Alim adalah orang yang paling alim dan ta`at. Shalat berjamaah seakan tidak pernah tertinggal. Pernah suatu kali ia ketinggalan shalat berjamaah dan hal itu rupanya membuat ia sangat sedih, bahkan ia sampai menangis dan untuk menebus itu ia bersedekah pada orang miskin. Alim juga sangat rajin puasa sunnah senin dan kamis. Disamping itu, ia juga rajin shalat malam, dan hampir tiap malam ia menangis, sehingga saking derasnya tangisan itu ia terkadang jatuh pingsan. Alim memang selalu menjaga amalan fardhu dan nawafil. Dan tanpa sepengetahuan kami ia sering mencucikan pakaian kami yang kotor."

Setiap kali saya bertemu bang Alim membuat saya ingat pada Allah dan akhirat. Bang Alim adalah pecinta Allah. Setiap kali bertatap muka dengannya ia selalu berbicara tentang Allah, nikmat Allah, kasih sayang Allah pada makhluk-Nya, rahmat-Nya dan karunia-Nya.

Disaat saya berhadapan dengannya ia sanggup menggetarkan hati saya tentang Allah dan tentang akhirat. Sehingga hati saya terkadang dirundung kerinduan yang mendalam untuk berjumpa dengan Allah karena kata-katanya. Keimanan saya banyak bertambah dengan taushiah yang ia berikan, sehingga ketika saya lagi futur dalam beribadah, dengan hanya berjumpa dengan bang Alim sudah cukup membangkitkan dorongan dalam diri saya untuk kembali bersemangat.

Bang Alim telah memenuhi hati dan pikirannya dengan Allah, Dzat yang maha kekal. Wajahnya penuh cinta dan cahaya, air mukanya jernih, senyumnya menggetarkan, tatapannya memberi kekuatan, kata-katanya begitu sanggup menggiring hati untuk terpikat dan akhlaknya begitu mempesona hati.

Singkat kata, sangat banyak cerita tentang bang Alim yang menyentuh hati saya dan membuat saya terkagum-kagum pada beliau.
Agus dan bang Alim adalah dua sosok berbeda. Agus dikenal luas di bumi. Orang-orang memuji dan selalu menyebutnya. Bang Alim tidaklah sepopuler Agus, namun saya berkeyakinan bang Alim sangat dikenal di kalangan penghuni langit. Sering disebut di kalangan malaikat karena kebaikan agama, amal dan ibadahnya.

Saya teringat dengan hadits Rasulullah saw, "Apabila Allah swt mencintai seorang hamba, Ia memanggil Jibril dan berkata, 'Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia'.Dan Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penghuni langit, 'Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah oleh kalian ia, kemudian penghuni langit mencintainya dan dijadikan untuknya penerimaan manusia di bumi."

Mari kita berusaha menjadi manusia bumi dan "Manusia Langit". Di bumi kita dikenal karena kebaikan dan prestasi yang kita miliki. Dan di kalangan penghuni langit kita juga dikenal karena ibadah dan ketaatan kita pada Allah swt.

Moga bermanfaat

Renungan..

Lucu Ya

Tulisan ini untuk mengingatkan kita.

Lucu ya, uang Rp 20,000-an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal masjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket .

Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan sepakbola .

Lucu ya, betapa lamanya 2 jam berada di Masjid, tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop.

Lucu ya, susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat,tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman.

Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan bola favorit kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.

Lucu ya, susah banget baca Al-Quran 1 juz saja, tapi novel best-seller 100 halamanpun habis dilalap.

Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton bola atau konser, dan berebut cari saf paling belakang bila Jumatan agar bisa cepat keluar.

Lucu ya, kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu sebelumnya agar bisa disiapkan diagenda kita, tapi untuk acara lain jadwal kita gampang diubah seketika.

Lucu ya, susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip.

Lucu ya, kita begitu percaya pada yang dikatakan koran, tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al Quran.

Lucu ya, semua orang penginnya masuk surga tanpa harus beriman, berpikir, berbicara ataupun melakukan apa-apa.

Lucu ya, kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email, tapi bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali.

LUCU YA ?

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu'min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah. (QS. 33:47)"

KEUTAMAAN HARI JUMAT

1.Hari Terbaik

Rasulullah bersabada:

"Hari terbaik dimana pada hari itu matahari terbit adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga serta dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada Jumat"

2. Waktu Mustajab untuk Berdo'a.

Rasulullah bersabda:

" Sesungguhnya pada hari Jum'at terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasululllah mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan sedikitnya waktu itu (H. Muttafaqun Alaih)

3. Sedekah pada hari itu lebih utama dibanding sedekah pada hari-hari lainnya.

Ibnu Qayyim berkata: "Sedekah pada hari itu dibandingkan dengan sedekah pada enam hari lainnya laksana sedekah pada bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya". Hadits dari Ka'ab z menjelaskan:

"Dan sedekah pada hari itu lebih mulia dibanding hari-hari selainnya".( Mauquf Shahih)

4. Hari tatkala Allah SWT menampakkan diri kepada hamba-Nya yang beriman di Surga.

Sahabat Anas bin Malik dalam mengomentari ayat: "Dan Kami memiliki pertambahannya" (QS.50:35) mengatakan: "Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jum'at".

6. Hari dihapuskannya dosa-dosa.

Rasulullah bersabda:

"Siapa yang mandi pada hari Jum'at, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi diantara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jum'at". (HR. Bukhari).

7. Orang yang berjalan untuk shalat Jum'at akan mendapat pahala untuk tiap langkahnya, setara dengan pahala ibadah satu tahun shalat dan puasa.

Rasulullah bersabda:

"Siapa yang mandi pada hari Jum'at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah".

(HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah).

8. Wafat pada malam hari Jum'at atau siangnya adalah tanda husnul khatimah, yaitu dibebaskan dari fitnah (azab) kubur.

bahwa Rasulullah bersabda:

"Setiap muslim yang mati pada siang hari Jum'at atau malamnya, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari fitnah kubur". (HR. Ahmad dan Tirmizi, dinilai shahih oleh Al-Bani).

MENGHUBUNGI ALLAH SWT

Bayangkan bila pada saat kita berdoa kita mendengar
ini:

"Terima kasih, Anda telah menghubungi Rumah Allah ".
Pilihlah salah satu:

* Tekan 1 untuk 'meminta'.
* Tekan 2 untuk 'mengucap syukur'.
* Tekan 3 untuk 'mengeluh'.
* Tekan 4 untuk 'permintaan lainnya'."

Atau, bagaimana jika Malaikat memohon maaf seperti
ini:

"Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan
lain.
Tetaplah menunggu. Panggilan Anda akan dijawab
berdasarkan urutannya."

Bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda
mendapat respons seperti ini:

"Jika Anda mau bicara dengan Malaikat Jibril, tekan 1.

Dengan Malaikat Mikail, tekan 2.
Dengan malaikat lainnya, tekan 3.
Jika Anda ingin mendengar sari tilawah saat Anda
menunggu, tekan 4.
"Untuk jawaban pertanyaan tentang hakekat surga &
neraka, silahkan tunggu sampai Anda tiba disini!!"

Atau bisa juga Anda mendengar ini :

"Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali
menelpon hari ini, Silakan mencoba kembali esok hari."

"Kantor ini ditutup pada akhir minggu.
Silakan menelpon kembali hari Senin setelah pukul 9
pagi."

Alhamdulillah, Allah SWT mengasihi kita, Anda dapat
menelponNya setiap saat!!!
Anda hanya perlu untuk memanggilnya kapan saja dan Dia
mendengar Anda.
Karena bila memanggil Allah, Anda tidak akan pernah
mendapat nada sibuk.
Allah menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa
pemanggilnya secara pribadi.

Ketika Anda memanggil, gunakan nomor utama ini: 24434

2 : shalat Subuh

4 : shalat Dzuhur

4 : shalat Ashar

3 : shalat Maghrib

4 : shalat Isya

Atau untuk lebih lengkapnya dan lebih banyak
kemashlahatannya, gunakanlah nomor ini :
28443483

2 : shalat Subuh

8 : Shalat Dhuha

4 : shalat Dzuhur

4 : shalat Ashar

3 : shalat Maghrib

4 : shalat Isya

8 : Shalat Lail ( Tahajjud )

3 : Shalat Witir

Info selengkapnya ada di Buku Telepon berjudul "Al
Qur'anul Karim & Hadits Rasul"
Langsung kontak, tanpa Operator tanpa Perantara, dan
tanpa biaya.

Nomor 24434 dan 28443483 ini memiliki jumlah saluran
hunting yang tak terbatas dan seluruhnya buka 24 jam
sehari 7 hari seminggu 365 hari setahun !! Berapa
milyarpun manusia di bumi termasuk kita yang pada saat
bersamaan membutuhkan menghubungi-Nya!! ;)

Sebarkan informasi ini kepada orang-orang di
sekeliling kita.Mana tahu mungkin mereka sedang
membutuhkannya.

7 Kalimah ALLAH

Sabda Rasulullah S.A.W : "Barang siapa hafal tujuh
kalimat, ia terpandang mulia
di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya
walau sebanyak buih lautan"

1. Mengucap Bismillah pada tiap-tiap hendakmelakukan
sesuatu.

2. Mengucap Alhamdulillah pada tiap-tiap selesai
melakukan sesuatu.

3. Mengucap Astaghfirullah jika lidah terselip
perkataan yang tidak patut.

4. Mengucap Insya-Allah jika merencanakan berbuat
sesuatu di hari esok.

5. Mengucap "La haula wala quwwata illa billah" jika
menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diingini.

6. Mengucap "inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun"
jika menghadapi dan menerima musibah.

7. Mengucap "Laa ilaaha illa Allah Muhammad
Rasulullah" sepanjang
siang dan malam sehingga tak terpisah dari lidahnya

Dari tafsir Hanafi, mudah-mudahan ingat, walau
lambat-lambat mudah-mudahan
selalu, walau sambil lalu mudah-mudahan jadi boleh,
karena sudah biasa.

Satu Lelaki Di Hati

Kata apa yang layak terangkai ketika menceritakan tentangnya. Aku hanya ingin mengatakan bahwa satu lelaki dihati menjadi sesuatu yang sempat hilang tapi kini kembali. Kembali menenun cinta, kembali menenun sayang, kembali menenun rindu dan kembali menenun masa lalu. Dan aku tidak pernah kehilangan.

Kedekatanku dengannya bukanlah hal yang biasa, tapi luar biasa. Karena jarangnya aku bertemu dan melihat wajahnya. Jika Hp ku berdering dipagi hari, di akhir waktu, setelah subuh disetiap pekannya, maka yakinlah lelaki itu yang manyapaku. Nada dering Hpku menjadi spesial untuk menyimbolkan sebagai bagian dari do’a yang tak pernah lapuk. Kedekatanku dengannya hanya berada pada deringan telpon atau ketika aku membutuhkannya. So simpel, tapi sungguh aku tetap yakin untuk mengatakan bahwa aku sangat dan terlalu cinta padanya.

Kedekatanku padanya menjadikan keirian tersendiri dari semua yang ada disekitarku, tapi memang itulah adanya. Kami boleh saja berjauhan dalam pandangan, tapi hati kami akan resah, ketika lelaki itu sakit atau aku yang sedang sakit. Seperti setengah tahun yang telah lalu, ketika aku drop lebih dari sepekan, suaraku benar-benar tidak bisa digunakan dan hanya berada diatas temapat tidur. Tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan titah yang tak dapat aku bantah, padahal aku tak bertemu pandang dengannya. Ia hanya meminta, “Jangan porsir tenaga untuk menyelesaikan semua pekerjaan, berikan pada yang lain jika ada yang bisa, konsentrasi dengan kuliahnya, makanlah apa yang diinginkan, istirahat saja untuk sekarang, nikmati sakit ini.” Sungguh, aku tak pernah mendapatkan dan mendengarkan kata kasar dan kemarahan dari lelaki ini. Berdehem nya lelaki ini sudah cukup membuat aku diam pada banyak kata. Dan seperti kali itu, aku cukup diam dan tak bergeming yang ku akhiri penyampaiannya dengan kata “ya”, tanpa bantahan.

Lelaki istimewa dalam perjalanan kehidupanku, itu tidak bisa ku pungkiri. Banyak yang tak pernah ku lupa, banyak hal yang ia lakukan untukku, kebiasaan-kebiasaannya menjadi sesuatu yang aku sukai bahkan tergambar dengan jelas dalam kecenderunganku sampai dengan sekarang. Ia bukan hanya lelaki istimewa tapi teristimewa dan terspesial yang membuat aku bermakna dan berharga untuk hidup ini. Dia senantiasa membangunkan aku untuk mengulang kembali pelajaran sekolahku di waktu lail dan itu berlaku sejak aku masih dibangku sekolah dasar sampai dengan kuliah. Bahkan yang tak pernah aku lupa, aku menangis luar biasa karena cintanya dipagi sebelum aku ujian komprehensif S1 ku karena do’a yang disampaikan padaku dipagi buta dan menyempatkan untuk menelpon dijeda sibuk dan kantuknya.

Dia selalu menjadi lelaki pertama dalam semua perjalanan hidupku. Seperti ketika aku akan melanjutkan kuliah pascaku, Ia hanya berkata, “boleh, dengan sebuah konsekuensi siap untuk ke depannya.” Seperti ketika aku mengatakan, “motorku ga bisa jalan, jadi ga bisa kemana-mana.” Dia tahu sekali, aku dan motor seperti sahabat yang tak terpisahkan, kemanapun pergi aku, motorku adalah identitas dengan ciri khasku. Hingga dipagi buta, ia menelponku kembali dan cukup mengatakan, “Nanti dicek, ga perlu kebengkel.” Subhanallah, tenanglah sudah hatiku. Dan rintik hujan dimata tak terbendung. Adakah yang mampu menyainginya dan itu akan menjadi rahasia dari sebuah takdir.

Lelaki dihatiku ini sangat istimewa. Tapi, beberapa waktu yang lalu, aku tertegun menatapnya. Aku berkesempatan melihatnya begitu dekat, sedekat hati kami, sedekat do’ a kami dan sedekat jiwa kami. Kini satu lelaki dihatiku ini telah terlihat dengan jelas guratan lelah diwajahnya, terlihat putih dan abu-abu dikepalanya, tapi ia tetap gagah dengan badannya yang tinggi, berkulit putih dan berambut gelombang. Hanya aku dan adikku yang bungsu mengambil postur badannya yang tinggi, sedangkan kulitnya yang putih dijadikan warisan berharga oleh adikku yang kedua. Iya, benar, ia telah renta, tapi wajahnya tetap tidak sanggup aku katakan bahwa ia telah renta, karena sinarannya tak mampu aku tandingi. Aku jadi teringat ketika aku dan adikku masih disekolah menengah umum. Jarangnya kami bertemu, hanya diwaktu tertentu saja menyebabkan orang-orang tak pernah melihat kami berjalan bersama. Sebuah kejadian ketika aku berjalan dengannya, tepat berdiri disampingnya membuat semua teman-teman SMU ku berkata lain diwajah mereka, mereka pikir itu adalah kekasihku (pacar…. apa itu? Aku tidak pernah memilikinya dan tidak ingin). Aku cukup tersenyum dan mengatakan, ia bukan sekedar kekasihku tapi ia benar-benar pujaan hatiku. Berlaku sama ketika adikku bersama lelaki itu mengambil raport kenaikan kelasnya, yang ada adikku heboh bercerita bahwa lelaki itu dipikir seorang kekasih. Saat itu, adikku bercerita dengan bangganya, karena ia jadi terlepas dari kejaran lelaki-lelaki iseng disekolahnya.

Satu lelaki ini adalah tetaplah teristimewa. Walaupun pernah aku merasa kehilangan, karena kelalaian dan kemarahanku yang luar biasa. Aku bukanlah orang yang mudah marah, aku lebih banyak memperhatikan, mencermati, kalaupun berkomentar aku berusaha untuk tidak menyakiti dengan kata-kata yang aku keluarkan, karena kata-kata itu adalah do’a, itu yang aku pahami, sekalipun itu bercanda. Maka aku tidak pernah menanggapi candaan, cukup senyum, tertawa dan komentar seperlunya, apalagi tentang pernikahan (karena pernikahan bukan candaan dan omongan kosong, ini adalah hidup untuk dunia dan akhirat). Aku begitu jelas mengingat kemarahanku pada lelaki ini. Sangat lama aku tidak mau mengangkat deringan spesial di Hpku, padahal aku kangen dan jujur, aku rindu. Sehingga begitu pahamnya lelaki ini, ia tetap menelponku, walau tidak diangkat. Aku hanya ingin mendiamkan saja saat itu. Hingga disuatu waktu, seorang Bunda mengajakku berbicara dan menangis didepanku hanya untuk bertanya, “Layakkah aku berlaku seperti itu, bukankan aku ada karena lelaki itu?”. Penjelasan panjang lebar Bunda itu tak mampu menahan runtuhan hujan dimataku. Aku tidak ingin menangis dihadapan Bunda itu. Tapi, bendungan sekuat apapun ketika berbicara dengan hati, maka runtuh dan hancurlah seketika. Padahal diantara kemarahanku itu aku senantiasa berdo’a untuknya, tapi kata Bunda, itu percuma karena sikapku yang nyata adalah mendiamkan. Aku pulang dan tersungkur dihadapanNya dan berpikir apa yang harus aku lakukan untuk memperbaiki semua. Ternyata tak cukup lama Allah telah mengabulkan, sangatlah mudah bagi Allah, cukup memberiku sakit dan sudah dipastikan, makhluk yang aku rindukan deringan telponnya adalah deringan spesial darinya, lelaki itu.

Sampai dengan sekarang, satu lelaki dihatiku ini tetap menjadikan aku bermakna dalam menata hidup ini. Kemarahan dan kekecewaan yang telah membuat aku tidak ingin mencintainya kembali musnah, karena aku terlalu cinta, terlalu sayang dan terlalu banyak mendo’akannya. Sehingga sosok lain yang aku temui di aktivitasku menjadi biasa karena ketika aku mengatakan, “adakah yang mampu menandinginya?” Dan aku tidak cukup berani menggantikan posisinya dihatiku, walau ia telah siap untuk itu. Yang ada, aku menjadikannya sebagai ukiran bening direlung hati yang sempat kehilangan akan dirinya. Kehilangan karena kemarahan dan kekecewaanku sendiri. Sungguh, jika ingin merubahnya maka aku akan kembali mengingat kebermaknaannya selama bersama menjadi sesuatu yang aku rindukan, walau hanya mendengar suaranya dalam pagi yang buta dan malam yang hening. Kekecewaanku terobati ketika aku melihat derasnya keringat yang telah ia tuangkan dalam aliran rezeki hingga seperti sekarangnya aku. Kemarahanku menjadi gunung es yang lebih dingin, karena do’a nya yang senantiasa dikabulkanNya.

Tak salah bila aku menjadikan ia sebagai sesuatu yang aku ukir dengan cantik dalam do’a, hingga rumah disurga menjadi sebuah rumah yang aku buat khusus untuknya, bermahligaikan do’a. Permintaanku agar keringatnya untukku menjadi aliran air surga yang menyejukkan dan menghapus kehausan hingga kesedihan, kebahagiaannya adalah bagian dari cintanya padaku. Karena ia lebih dari istimewa, lebih dari spesial, lebih dari lelaki manapun. Aku tidak ingin mengingat kesalahannya yang membuat aku kecewa. Karena Allah saja memaafkan, kenapa aku tidak. Karena lelaki itu adalah seseorang yang selalu aku panggil…..”Bapak”.

Dan kembali aku tersadar, kesukaanku pada dunia dan alat-alat elektronik, membaca apa saja dan kediamanku adalah darimu. Dan bersamamu aku menyadari sebuah kenyataan, bahwa aku pun akan renta hingga aku ingin menjadi sesuatu yang lebih berharga dari duniaNya dan aku tahu, semua mencintaimu. Aku cukup memahami permintaanmu yang tergambar dari pertanyaanmu, karena aku dan engkau memiliki sesuatu yang sama, yang tak bisa mengungkapkan apa yang diinginkan.
Sungguh, saat ini aku merinduimu.

(Untuk para Bapak lain dimanapun berada, penuh cinta dan do’a untukmu. Untuk para calon suami dan calon bapak, mampukah menjadi sosok yang mampu mengisi relung hati wanita impiannya?)

(Untuk bapak tersayang, berharap keberkahan dan keridhoanmu pada penggantimu disuatu masa yang masih terahasia)

Seorang Ibu yang Tidak Cantik

Ibu itu tampak letih. Dengan tubuh gemuknya, ia duduk meneduhkan diri di bawah pohon yang rindang. Duduk di kursi kayu yang seolah masih menjadi bagian dari pohon itu. Ia seperti melamun, entah memikirkan apa. Wajahnya biasa saja, dan ya, tidak cantik. Wajah itu hanya memancarkan irama kesabaran seorang ibu. Begitulah kira-kira kesanku.

Tak jauh dari sana, teriakan anak-anak yang tengah bermain di arena outbond terdengar lebih ceria dibandingkan kicau burung-burung di pucuk-pucuk pohon. Berkejaran, berlari, mengatasi rintangan. Tertawa senang, meringis ketakutan, bahkan yang hampir menangis pun, semuanya mendendangkan lagu kegembiraan.

Tiba-tiba seorang anak lelaki bertubuh ramping berlari-lari ke arah ibu tadi. Tanpa intro apa-apa, ia menghambur ke pangkuan sang ibu, dan berteriak senang, “Umi, aku berani! Aku bisa!”

Sang ibu tersenyum lebar, mengimbangi kegembiraan sang anak. Sang anak bercerita detail bagaimana ia melewati detik-detik mendebarkan ketika melakukan flying fox. Ia bercerita dengan susunan kata yang menggemaskan yang menggambarkan saat-saat seru tatkala terbang melintasi danau sambil berteriak.

Sang ibu mendengarkan dengan wajah yang nyata-nyata turut bangga, yang semakin membuncahkan kegembiraan sang anak. Nyatalah bagi sang anak, bahwa sang ibu adalah orang pertama yang berhak mengetahui prestasi terbaiknya. Hanya sang ibu. Bukan orang lain.

Tak lama kegembiraan itu pun terusik, ketika dating seorang anak yang lebih kecil, yang menghambur pula, namun dengan wajah murung. Rupanya ia iri dengan kegagahan kakaknya, dan merajuk untuk dibolehkan menjajal keberanian pula.

Sang ibu sedikit menunduk, membisikkan kata-kata entah apa untuk menghibur sang adik. Adik tadi masih merajuk, memeluk sang ibu dengan air mata yang mulai mengembang. Ibu tadi pun mempererat dekapannya, meluruhkan kegalauan hati sang anak. Bagi sang adik, sang ibu adalah tempat pertama baginya untuk menceritakan seluruh kegalauan hatinya. Bukan orang lain. Dan ia sungguh beruntung memiliki seorang ibu yang memiliki hati seluas samudera, yang mampu menampung apa saja keluh kesah sang anak.

Aku tak tahu apa saja yang dikatakan sang ibu, karena dialog privasi keluarga itu berlangsung lirih. Namun jelas sang adik telah terlipur. Wajahnya berangsur tenang. Keluh kesahnya telah tersampaikan. Sang ibu menampungnya dan menggantinya dengan mengalirkan kasih sayangnya. Kasih sayang yang ternyata mampu meredakan keluh kesahnya.

Pada titik ini, betapa redupnya kecantikan dibandingkan kilau cahaya kasih sayang. Betapa tak berartinya kecantikan di mata sang anak dibandingkan harapannya terhadap limpahan cinta sang ibu.

Sang kakak, yang telah puas berbagi bahagia dengan sang ibu, kembali melesat berlari, meninggalkan sang ibu, dengan semangat yang telah diperbarui. Sang adik menunggu di pangkuan sang ibu.

Bagi kakak yang baru lepas balita itu, dan adik yang masih balita itu, ibu barang kali adalah segalanya. Sehingga wajar jika Islam mengajarkan satu doa yang indah, “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil.”
Lewat ibulah seseorang pertama kali mengenal kasih sayang, yang dengannya seorang anak manusia bisa belajar bahwa Allah itu Maha Penyayang. Maka guru pertama dari pelajaran cinta dan kasih sayang Allah adalah sang ibu. Wajar jika manusia pertama yang berhak mendapatkan bakti seorang anak manusia adalah sang ibu itu sendiri.

Namun ironisnya, bisa jadi lewat ibu pulalah seorang anak manusia belajar secara keliru tentang hakikat dunia ini. Bisa jadi pula ia keliru memaknai sifat-sifatNya. Seorang ibu yang kasih sayangnya meredup, teredam gejolak duniawi yang memang acap merontokkan keimanan, dapat menjadi guru yang teramat buruk untuk anaknya. Seorang ibu yang kesabarannya berganti dengan kegusaran, kata-kata manisnya terusir oleh hardikan, dan perhatiannya hanya kepada dirinya sendiri, alih-alih kepada anaknya, agaknya adalah seorang ibu yang harus rajin-rajin meminta kepada Allah agar dipulihkan kembali energi kasih sayangnya. Energi yang sejatinya ada pada diri setiap manusia, yang telah Allah titipkan sejak ia lahir.

Ibu yang tak mampu mengenalkan anaknya kasih sayangNya, betapapun cantiknya ia, takkan menjadi pelabuhan bagi anaknya untuk belajar menjadi hamba Allah yang sempurna.

Namun bagaimana jika kita temukan kasih sayang yang berpadu dengan kecantikan? Jika kita menerima anugerah tak terperi seperti ini, kita harus mengimbangi geletaran jiwa ini, dengan kata-kata subhanallah, wal hamdulillah, wallahu akbar!