Senin, 23 November 2009

Kata-katanya Tidak Semanis Rupa nya

Sore itu aku baru saja pulang dari sebuah klinik kesehatan untuk mengimunisasikan anakku. Aku menyetop sebuah koasi (angkutan kota bekasi) arah ke rumah bersama dengan suami. Belum lama kami naik, menyusul seorang ibu muda bersama anaknya kira-kira umur 4 tahun. Kami duduk berhadapan, Ibu muda tersebut tersenyum dan menyapa seperlunya. Aku fikir..ehmmm, ramah juga orang ini, cantik pula rupanya serasi dandanannya.

Sampai setengah perjalanan, koasi yang kami tumpangi mulai penuh sesak. Pak supir mulai sibuk mengatur posisi duduk kami..”Rapat..rapat, yang kecil dipangku!” teriaknya. Ibu muda tadi pun menyuruh anaknya untuk duduk dipangkuannya.”Nggak mau ma..nggak mau dipangku, ade mau berdiri aja!” Kata anak tsb.

Akhirnya sampailah koasi di jalan masuk komplek perumahanku, mulai deh aku harus menahan gonjang-ganjing koasi ini, karena jalanan memang sudah rusak dengan lobang disana-sini. Sampai dilobang jalan yang paling dalam tiba-tiba..” gubrrakkk!...anak ibu muda tadi terjatuh, Innalillahi!”...Teriakku. Tapi yang bikin aku lebih kaget bukan jatuhnya anak tersebut, tapi teriakan Ibu muda tadi dan juga kemarahannya pada anaknya.

”Dasar Mo...t. (menyebut nama binatang)!…, makanya dari tadi sudah mama bilangin untuk dipangku mama aja, makanya rasain jadinya!...”Begitu marahnya si ibu pada anaknya tak peduli anaknya sedang meringis kesakitan. Kontan saja sebagian penumpang geleng-geleng kepala termasuk aku dan suamiku. Sambil membatin sendiri.

Waduh..sayang banget ya…sudah orangnya ramah, cantik tapi kok ngomongnya…….., Astagfirulloh……, Ah..mungkin Ibu tadi khilaf aja, dan mudah-mudahan si ibu kembali tersadar. Bahwa perkataan keras kepada anaknya apalagi sesuatu yang buruk akan terus teringat sampai dewasa kelak.

Sesampai dirumah aku masih saja teringat-ingat kejadian tadi. Semoga saja kami orang tua yang bisa memberikan contoh yang terbaik buat anak-anak kami seperti yang telah diajarkan oleh Rosullulloh SAW. dan aku juga harus berinstropeksi diriku apakah aku masih jauh dari akhlak Rosullulloh, perlahan aku ambil sebuah cermin dan ku pandang diriku dan berdoa :

“Alhamdulillah… Allohumma Kamaa Hassanta kholqi Fa Hassin Khuluqi…
Segala Puji hanya milik Alloh…Ya..Alloh sebagaimana Engkau memberikan rupa yang baik, maka jadikanlah padaku akhlak yang baik. Amin…

Bertemu Manusia Langit

Semua mahasiswa bisa dikatakan kenal dengan Agus-bukan nama sebenarnya, aktivis yang sering muncul dalam berbagai media dan kegiatan di Kairo. Sejak beberapa tahun terakhir ini, nama Agus masuk pada deretan aktivis populer di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir. Ia sering tampil dalam berbagai acara. Tulisan-tulisannya banyak tersebar di beberapa buletin mahasiswa.

Hati saya tergerak untuk mengenal sosok Agus. Mengenal orang-orang masyhur sedikit banyaknya bisa memberi manfaat bagi saya dan belajar dari pengalaman hidup mereka sehingga saya juga bisa mengikuti jejak langkah mereka menggapai prestasi.
Dalam beberapa kali kesempatan saya memanfaatkan waktu datang ke tempat Agus beraktifitas. Saya ingin berinteraksi langsung dengan sosok satu itu.

Suatu ketika, azan ashar dikumandangkan di mesjid dekat tempat Agus beraktivitas. Usai iqamah saya tidak melihat ia mendatangi mesjid. Setelah shalat saya mendatanginya dan bertanya, "Antum udah shalat?", ia menjawab, "Belum, masih banyak yang belum selesai". Dalam hati saya berkata, "Manakah yang lebih besar dan utama, panggilan kewajiban dari Allah swt atau panggilan kerja ?'.
Sisi lain yang saya temukan adalah, Agus terlalu open dengan wanita. Ketika saya bertanya pada teman-teman yang serumah dengan Agus bagaimana keseharian dan prilakunya, banyak jawaban mereka yang kurang memuaskan hati saya tentang Agus.

Singkat kata, banyak hal yang saya temukan pada diri Agus tidak sejalan dengan pemahaman islam yang benar. Perkenalan saya dengan Agus rupanya tidak berbuah kepuasan dalam hati saya. Saya mengenal Agus hanyalah sosok yang biasa saja.

Siapa yang kenal dengan bang Alim? Tidak begitu banyak. Abang yang murah senyum ini lebih berkesan di hati saya. Ia memang tidak dikenal di kalangan mahasiswa secara luas. Bang Alim sudah hampir 6 tahun berada di Mesir. Dan selama saya berada di Mesir, saya belum pernah membaca tulisannya tampil di media mahasiswa. Ketika saya tanyakan tentang hal itu, beliau menjawab dengan senyum, "Akhi, abang tidak pandai menulis".

Saya mulai mengenal bang Alim ketika menaiki bis ke kuliah. Saya duduk berdampingan dengan beliau. Raut muka, tutur kata, isi pembicaraan dan sikap beliau begitu menggetarkan hati saya dan membuat saya takjub. Perkenalan pertama begitu menggoda saya untuk lebih jauh mengenal beliau. Bang Alim bagi saya adalah sosok yang penuh pesona.

Teman yang serumah dengan bang Alim bercerita, "Di rumah kami Alim adalah orang yang paling alim dan ta`at. Shalat berjamaah seakan tidak pernah tertinggal. Pernah suatu kali ia ketinggalan shalat berjamaah dan hal itu rupanya membuat ia sangat sedih, bahkan ia sampai menangis dan untuk menebus itu ia bersedekah pada orang miskin. Alim juga sangat rajin puasa sunnah senin dan kamis. Disamping itu, ia juga rajin shalat malam, dan hampir tiap malam ia menangis, sehingga saking derasnya tangisan itu ia terkadang jatuh pingsan. Alim memang selalu menjaga amalan fardhu dan nawafil. Dan tanpa sepengetahuan kami ia sering mencucikan pakaian kami yang kotor."

Setiap kali saya bertemu bang Alim membuat saya ingat pada Allah dan akhirat. Bang Alim adalah pecinta Allah. Setiap kali bertatap muka dengannya ia selalu berbicara tentang Allah, nikmat Allah, kasih sayang Allah pada makhluk-Nya, rahmat-Nya dan karunia-Nya.

Disaat saya berhadapan dengannya ia sanggup menggetarkan hati saya tentang Allah dan tentang akhirat. Sehingga hati saya terkadang dirundung kerinduan yang mendalam untuk berjumpa dengan Allah karena kata-katanya. Keimanan saya banyak bertambah dengan taushiah yang ia berikan, sehingga ketika saya lagi futur dalam beribadah, dengan hanya berjumpa dengan bang Alim sudah cukup membangkitkan dorongan dalam diri saya untuk kembali bersemangat.

Bang Alim telah memenuhi hati dan pikirannya dengan Allah, Dzat yang maha kekal. Wajahnya penuh cinta dan cahaya, air mukanya jernih, senyumnya menggetarkan, tatapannya memberi kekuatan, kata-katanya begitu sanggup menggiring hati untuk terpikat dan akhlaknya begitu mempesona hati.

Singkat kata, sangat banyak cerita tentang bang Alim yang menyentuh hati saya dan membuat saya terkagum-kagum pada beliau.
Agus dan bang Alim adalah dua sosok berbeda. Agus dikenal luas di bumi. Orang-orang memuji dan selalu menyebutnya. Bang Alim tidaklah sepopuler Agus, namun saya berkeyakinan bang Alim sangat dikenal di kalangan penghuni langit. Sering disebut di kalangan malaikat karena kebaikan agama, amal dan ibadahnya.

Saya teringat dengan hadits Rasulullah saw, "Apabila Allah swt mencintai seorang hamba, Ia memanggil Jibril dan berkata, 'Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia'.Dan Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penghuni langit, 'Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah oleh kalian ia, kemudian penghuni langit mencintainya dan dijadikan untuknya penerimaan manusia di bumi."

Mari kita berusaha menjadi manusia bumi dan "Manusia Langit". Di bumi kita dikenal karena kebaikan dan prestasi yang kita miliki. Dan di kalangan penghuni langit kita juga dikenal karena ibadah dan ketaatan kita pada Allah swt.

Moga bermanfaat

Renungan..

Lucu Ya

Tulisan ini untuk mengingatkan kita.

Lucu ya, uang Rp 20,000-an kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak amal masjid, tapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket .

Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan sepakbola .

Lucu ya, betapa lamanya 2 jam berada di Masjid, tapi betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran film di bioskop.

Lucu ya, susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat berdoa atau sholat,tapi betapa mudahnya cari bahan obrolan bila ketemu teman.

Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu di pertandingan bola favorit kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.

Lucu ya, susah banget baca Al-Quran 1 juz saja, tapi novel best-seller 100 halamanpun habis dilalap.

Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk nonton bola atau konser, dan berebut cari saf paling belakang bila Jumatan agar bisa cepat keluar.

Lucu ya, kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu sebelumnya agar bisa disiapkan diagenda kita, tapi untuk acara lain jadwal kita gampang diubah seketika.

Lucu ya, susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah, tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip.

Lucu ya, kita begitu percaya pada yang dikatakan koran, tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al Quran.

Lucu ya, semua orang penginnya masuk surga tanpa harus beriman, berpikir, berbicara ataupun melakukan apa-apa.

Lucu ya, kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email, tapi bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah sering mesti berpikir dua-kali.

LUCU YA ?

"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu'min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah. (QS. 33:47)"

KEUTAMAAN HARI JUMAT

1.Hari Terbaik

Rasulullah bersabada:

"Hari terbaik dimana pada hari itu matahari terbit adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga serta dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada Jumat"

2. Waktu Mustajab untuk Berdo'a.

Rasulullah bersabda:

" Sesungguhnya pada hari Jum'at terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasululllah mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan sedikitnya waktu itu (H. Muttafaqun Alaih)

3. Sedekah pada hari itu lebih utama dibanding sedekah pada hari-hari lainnya.

Ibnu Qayyim berkata: "Sedekah pada hari itu dibandingkan dengan sedekah pada enam hari lainnya laksana sedekah pada bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya". Hadits dari Ka'ab z menjelaskan:

"Dan sedekah pada hari itu lebih mulia dibanding hari-hari selainnya".( Mauquf Shahih)

4. Hari tatkala Allah SWT menampakkan diri kepada hamba-Nya yang beriman di Surga.

Sahabat Anas bin Malik dalam mengomentari ayat: "Dan Kami memiliki pertambahannya" (QS.50:35) mengatakan: "Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jum'at".

6. Hari dihapuskannya dosa-dosa.

Rasulullah bersabda:

"Siapa yang mandi pada hari Jum'at, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi diantara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jum'at". (HR. Bukhari).

7. Orang yang berjalan untuk shalat Jum'at akan mendapat pahala untuk tiap langkahnya, setara dengan pahala ibadah satu tahun shalat dan puasa.

Rasulullah bersabda:

"Siapa yang mandi pada hari Jum'at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah".

(HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah).

8. Wafat pada malam hari Jum'at atau siangnya adalah tanda husnul khatimah, yaitu dibebaskan dari fitnah (azab) kubur.

bahwa Rasulullah bersabda:

"Setiap muslim yang mati pada siang hari Jum'at atau malamnya, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari fitnah kubur". (HR. Ahmad dan Tirmizi, dinilai shahih oleh Al-Bani).

MENGHUBUNGI ALLAH SWT

Bayangkan bila pada saat kita berdoa kita mendengar
ini:

"Terima kasih, Anda telah menghubungi Rumah Allah ".
Pilihlah salah satu:

* Tekan 1 untuk 'meminta'.
* Tekan 2 untuk 'mengucap syukur'.
* Tekan 3 untuk 'mengeluh'.
* Tekan 4 untuk 'permintaan lainnya'."

Atau, bagaimana jika Malaikat memohon maaf seperti
ini:

"Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan
lain.
Tetaplah menunggu. Panggilan Anda akan dijawab
berdasarkan urutannya."

Bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda
mendapat respons seperti ini:

"Jika Anda mau bicara dengan Malaikat Jibril, tekan 1.

Dengan Malaikat Mikail, tekan 2.
Dengan malaikat lainnya, tekan 3.
Jika Anda ingin mendengar sari tilawah saat Anda
menunggu, tekan 4.
"Untuk jawaban pertanyaan tentang hakekat surga &
neraka, silahkan tunggu sampai Anda tiba disini!!"

Atau bisa juga Anda mendengar ini :

"Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali
menelpon hari ini, Silakan mencoba kembali esok hari."

"Kantor ini ditutup pada akhir minggu.
Silakan menelpon kembali hari Senin setelah pukul 9
pagi."

Alhamdulillah, Allah SWT mengasihi kita, Anda dapat
menelponNya setiap saat!!!
Anda hanya perlu untuk memanggilnya kapan saja dan Dia
mendengar Anda.
Karena bila memanggil Allah, Anda tidak akan pernah
mendapat nada sibuk.
Allah menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa
pemanggilnya secara pribadi.

Ketika Anda memanggil, gunakan nomor utama ini: 24434

2 : shalat Subuh

4 : shalat Dzuhur

4 : shalat Ashar

3 : shalat Maghrib

4 : shalat Isya

Atau untuk lebih lengkapnya dan lebih banyak
kemashlahatannya, gunakanlah nomor ini :
28443483

2 : shalat Subuh

8 : Shalat Dhuha

4 : shalat Dzuhur

4 : shalat Ashar

3 : shalat Maghrib

4 : shalat Isya

8 : Shalat Lail ( Tahajjud )

3 : Shalat Witir

Info selengkapnya ada di Buku Telepon berjudul "Al
Qur'anul Karim & Hadits Rasul"
Langsung kontak, tanpa Operator tanpa Perantara, dan
tanpa biaya.

Nomor 24434 dan 28443483 ini memiliki jumlah saluran
hunting yang tak terbatas dan seluruhnya buka 24 jam
sehari 7 hari seminggu 365 hari setahun !! Berapa
milyarpun manusia di bumi termasuk kita yang pada saat
bersamaan membutuhkan menghubungi-Nya!! ;)

Sebarkan informasi ini kepada orang-orang di
sekeliling kita.Mana tahu mungkin mereka sedang
membutuhkannya.

7 Kalimah ALLAH

Sabda Rasulullah S.A.W : "Barang siapa hafal tujuh
kalimat, ia terpandang mulia
di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya
walau sebanyak buih lautan"

1. Mengucap Bismillah pada tiap-tiap hendakmelakukan
sesuatu.

2. Mengucap Alhamdulillah pada tiap-tiap selesai
melakukan sesuatu.

3. Mengucap Astaghfirullah jika lidah terselip
perkataan yang tidak patut.

4. Mengucap Insya-Allah jika merencanakan berbuat
sesuatu di hari esok.

5. Mengucap "La haula wala quwwata illa billah" jika
menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diingini.

6. Mengucap "inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun"
jika menghadapi dan menerima musibah.

7. Mengucap "Laa ilaaha illa Allah Muhammad
Rasulullah" sepanjang
siang dan malam sehingga tak terpisah dari lidahnya

Dari tafsir Hanafi, mudah-mudahan ingat, walau
lambat-lambat mudah-mudahan
selalu, walau sambil lalu mudah-mudahan jadi boleh,
karena sudah biasa.

Satu Lelaki Di Hati

Kata apa yang layak terangkai ketika menceritakan tentangnya. Aku hanya ingin mengatakan bahwa satu lelaki dihati menjadi sesuatu yang sempat hilang tapi kini kembali. Kembali menenun cinta, kembali menenun sayang, kembali menenun rindu dan kembali menenun masa lalu. Dan aku tidak pernah kehilangan.

Kedekatanku dengannya bukanlah hal yang biasa, tapi luar biasa. Karena jarangnya aku bertemu dan melihat wajahnya. Jika Hp ku berdering dipagi hari, di akhir waktu, setelah subuh disetiap pekannya, maka yakinlah lelaki itu yang manyapaku. Nada dering Hpku menjadi spesial untuk menyimbolkan sebagai bagian dari do’a yang tak pernah lapuk. Kedekatanku dengannya hanya berada pada deringan telpon atau ketika aku membutuhkannya. So simpel, tapi sungguh aku tetap yakin untuk mengatakan bahwa aku sangat dan terlalu cinta padanya.

Kedekatanku padanya menjadikan keirian tersendiri dari semua yang ada disekitarku, tapi memang itulah adanya. Kami boleh saja berjauhan dalam pandangan, tapi hati kami akan resah, ketika lelaki itu sakit atau aku yang sedang sakit. Seperti setengah tahun yang telah lalu, ketika aku drop lebih dari sepekan, suaraku benar-benar tidak bisa digunakan dan hanya berada diatas temapat tidur. Tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan titah yang tak dapat aku bantah, padahal aku tak bertemu pandang dengannya. Ia hanya meminta, “Jangan porsir tenaga untuk menyelesaikan semua pekerjaan, berikan pada yang lain jika ada yang bisa, konsentrasi dengan kuliahnya, makanlah apa yang diinginkan, istirahat saja untuk sekarang, nikmati sakit ini.” Sungguh, aku tak pernah mendapatkan dan mendengarkan kata kasar dan kemarahan dari lelaki ini. Berdehem nya lelaki ini sudah cukup membuat aku diam pada banyak kata. Dan seperti kali itu, aku cukup diam dan tak bergeming yang ku akhiri penyampaiannya dengan kata “ya”, tanpa bantahan.

Lelaki istimewa dalam perjalanan kehidupanku, itu tidak bisa ku pungkiri. Banyak yang tak pernah ku lupa, banyak hal yang ia lakukan untukku, kebiasaan-kebiasaannya menjadi sesuatu yang aku sukai bahkan tergambar dengan jelas dalam kecenderunganku sampai dengan sekarang. Ia bukan hanya lelaki istimewa tapi teristimewa dan terspesial yang membuat aku bermakna dan berharga untuk hidup ini. Dia senantiasa membangunkan aku untuk mengulang kembali pelajaran sekolahku di waktu lail dan itu berlaku sejak aku masih dibangku sekolah dasar sampai dengan kuliah. Bahkan yang tak pernah aku lupa, aku menangis luar biasa karena cintanya dipagi sebelum aku ujian komprehensif S1 ku karena do’a yang disampaikan padaku dipagi buta dan menyempatkan untuk menelpon dijeda sibuk dan kantuknya.

Dia selalu menjadi lelaki pertama dalam semua perjalanan hidupku. Seperti ketika aku akan melanjutkan kuliah pascaku, Ia hanya berkata, “boleh, dengan sebuah konsekuensi siap untuk ke depannya.” Seperti ketika aku mengatakan, “motorku ga bisa jalan, jadi ga bisa kemana-mana.” Dia tahu sekali, aku dan motor seperti sahabat yang tak terpisahkan, kemanapun pergi aku, motorku adalah identitas dengan ciri khasku. Hingga dipagi buta, ia menelponku kembali dan cukup mengatakan, “Nanti dicek, ga perlu kebengkel.” Subhanallah, tenanglah sudah hatiku. Dan rintik hujan dimata tak terbendung. Adakah yang mampu menyainginya dan itu akan menjadi rahasia dari sebuah takdir.

Lelaki dihatiku ini sangat istimewa. Tapi, beberapa waktu yang lalu, aku tertegun menatapnya. Aku berkesempatan melihatnya begitu dekat, sedekat hati kami, sedekat do’ a kami dan sedekat jiwa kami. Kini satu lelaki dihatiku ini telah terlihat dengan jelas guratan lelah diwajahnya, terlihat putih dan abu-abu dikepalanya, tapi ia tetap gagah dengan badannya yang tinggi, berkulit putih dan berambut gelombang. Hanya aku dan adikku yang bungsu mengambil postur badannya yang tinggi, sedangkan kulitnya yang putih dijadikan warisan berharga oleh adikku yang kedua. Iya, benar, ia telah renta, tapi wajahnya tetap tidak sanggup aku katakan bahwa ia telah renta, karena sinarannya tak mampu aku tandingi. Aku jadi teringat ketika aku dan adikku masih disekolah menengah umum. Jarangnya kami bertemu, hanya diwaktu tertentu saja menyebabkan orang-orang tak pernah melihat kami berjalan bersama. Sebuah kejadian ketika aku berjalan dengannya, tepat berdiri disampingnya membuat semua teman-teman SMU ku berkata lain diwajah mereka, mereka pikir itu adalah kekasihku (pacar…. apa itu? Aku tidak pernah memilikinya dan tidak ingin). Aku cukup tersenyum dan mengatakan, ia bukan sekedar kekasihku tapi ia benar-benar pujaan hatiku. Berlaku sama ketika adikku bersama lelaki itu mengambil raport kenaikan kelasnya, yang ada adikku heboh bercerita bahwa lelaki itu dipikir seorang kekasih. Saat itu, adikku bercerita dengan bangganya, karena ia jadi terlepas dari kejaran lelaki-lelaki iseng disekolahnya.

Satu lelaki ini adalah tetaplah teristimewa. Walaupun pernah aku merasa kehilangan, karena kelalaian dan kemarahanku yang luar biasa. Aku bukanlah orang yang mudah marah, aku lebih banyak memperhatikan, mencermati, kalaupun berkomentar aku berusaha untuk tidak menyakiti dengan kata-kata yang aku keluarkan, karena kata-kata itu adalah do’a, itu yang aku pahami, sekalipun itu bercanda. Maka aku tidak pernah menanggapi candaan, cukup senyum, tertawa dan komentar seperlunya, apalagi tentang pernikahan (karena pernikahan bukan candaan dan omongan kosong, ini adalah hidup untuk dunia dan akhirat). Aku begitu jelas mengingat kemarahanku pada lelaki ini. Sangat lama aku tidak mau mengangkat deringan spesial di Hpku, padahal aku kangen dan jujur, aku rindu. Sehingga begitu pahamnya lelaki ini, ia tetap menelponku, walau tidak diangkat. Aku hanya ingin mendiamkan saja saat itu. Hingga disuatu waktu, seorang Bunda mengajakku berbicara dan menangis didepanku hanya untuk bertanya, “Layakkah aku berlaku seperti itu, bukankan aku ada karena lelaki itu?”. Penjelasan panjang lebar Bunda itu tak mampu menahan runtuhan hujan dimataku. Aku tidak ingin menangis dihadapan Bunda itu. Tapi, bendungan sekuat apapun ketika berbicara dengan hati, maka runtuh dan hancurlah seketika. Padahal diantara kemarahanku itu aku senantiasa berdo’a untuknya, tapi kata Bunda, itu percuma karena sikapku yang nyata adalah mendiamkan. Aku pulang dan tersungkur dihadapanNya dan berpikir apa yang harus aku lakukan untuk memperbaiki semua. Ternyata tak cukup lama Allah telah mengabulkan, sangatlah mudah bagi Allah, cukup memberiku sakit dan sudah dipastikan, makhluk yang aku rindukan deringan telponnya adalah deringan spesial darinya, lelaki itu.

Sampai dengan sekarang, satu lelaki dihatiku ini tetap menjadikan aku bermakna dalam menata hidup ini. Kemarahan dan kekecewaan yang telah membuat aku tidak ingin mencintainya kembali musnah, karena aku terlalu cinta, terlalu sayang dan terlalu banyak mendo’akannya. Sehingga sosok lain yang aku temui di aktivitasku menjadi biasa karena ketika aku mengatakan, “adakah yang mampu menandinginya?” Dan aku tidak cukup berani menggantikan posisinya dihatiku, walau ia telah siap untuk itu. Yang ada, aku menjadikannya sebagai ukiran bening direlung hati yang sempat kehilangan akan dirinya. Kehilangan karena kemarahan dan kekecewaanku sendiri. Sungguh, jika ingin merubahnya maka aku akan kembali mengingat kebermaknaannya selama bersama menjadi sesuatu yang aku rindukan, walau hanya mendengar suaranya dalam pagi yang buta dan malam yang hening. Kekecewaanku terobati ketika aku melihat derasnya keringat yang telah ia tuangkan dalam aliran rezeki hingga seperti sekarangnya aku. Kemarahanku menjadi gunung es yang lebih dingin, karena do’a nya yang senantiasa dikabulkanNya.

Tak salah bila aku menjadikan ia sebagai sesuatu yang aku ukir dengan cantik dalam do’a, hingga rumah disurga menjadi sebuah rumah yang aku buat khusus untuknya, bermahligaikan do’a. Permintaanku agar keringatnya untukku menjadi aliran air surga yang menyejukkan dan menghapus kehausan hingga kesedihan, kebahagiaannya adalah bagian dari cintanya padaku. Karena ia lebih dari istimewa, lebih dari spesial, lebih dari lelaki manapun. Aku tidak ingin mengingat kesalahannya yang membuat aku kecewa. Karena Allah saja memaafkan, kenapa aku tidak. Karena lelaki itu adalah seseorang yang selalu aku panggil…..”Bapak”.

Dan kembali aku tersadar, kesukaanku pada dunia dan alat-alat elektronik, membaca apa saja dan kediamanku adalah darimu. Dan bersamamu aku menyadari sebuah kenyataan, bahwa aku pun akan renta hingga aku ingin menjadi sesuatu yang lebih berharga dari duniaNya dan aku tahu, semua mencintaimu. Aku cukup memahami permintaanmu yang tergambar dari pertanyaanmu, karena aku dan engkau memiliki sesuatu yang sama, yang tak bisa mengungkapkan apa yang diinginkan.
Sungguh, saat ini aku merinduimu.

(Untuk para Bapak lain dimanapun berada, penuh cinta dan do’a untukmu. Untuk para calon suami dan calon bapak, mampukah menjadi sosok yang mampu mengisi relung hati wanita impiannya?)

(Untuk bapak tersayang, berharap keberkahan dan keridhoanmu pada penggantimu disuatu masa yang masih terahasia)

Seorang Ibu yang Tidak Cantik

Ibu itu tampak letih. Dengan tubuh gemuknya, ia duduk meneduhkan diri di bawah pohon yang rindang. Duduk di kursi kayu yang seolah masih menjadi bagian dari pohon itu. Ia seperti melamun, entah memikirkan apa. Wajahnya biasa saja, dan ya, tidak cantik. Wajah itu hanya memancarkan irama kesabaran seorang ibu. Begitulah kira-kira kesanku.

Tak jauh dari sana, teriakan anak-anak yang tengah bermain di arena outbond terdengar lebih ceria dibandingkan kicau burung-burung di pucuk-pucuk pohon. Berkejaran, berlari, mengatasi rintangan. Tertawa senang, meringis ketakutan, bahkan yang hampir menangis pun, semuanya mendendangkan lagu kegembiraan.

Tiba-tiba seorang anak lelaki bertubuh ramping berlari-lari ke arah ibu tadi. Tanpa intro apa-apa, ia menghambur ke pangkuan sang ibu, dan berteriak senang, “Umi, aku berani! Aku bisa!”

Sang ibu tersenyum lebar, mengimbangi kegembiraan sang anak. Sang anak bercerita detail bagaimana ia melewati detik-detik mendebarkan ketika melakukan flying fox. Ia bercerita dengan susunan kata yang menggemaskan yang menggambarkan saat-saat seru tatkala terbang melintasi danau sambil berteriak.

Sang ibu mendengarkan dengan wajah yang nyata-nyata turut bangga, yang semakin membuncahkan kegembiraan sang anak. Nyatalah bagi sang anak, bahwa sang ibu adalah orang pertama yang berhak mengetahui prestasi terbaiknya. Hanya sang ibu. Bukan orang lain.

Tak lama kegembiraan itu pun terusik, ketika dating seorang anak yang lebih kecil, yang menghambur pula, namun dengan wajah murung. Rupanya ia iri dengan kegagahan kakaknya, dan merajuk untuk dibolehkan menjajal keberanian pula.

Sang ibu sedikit menunduk, membisikkan kata-kata entah apa untuk menghibur sang adik. Adik tadi masih merajuk, memeluk sang ibu dengan air mata yang mulai mengembang. Ibu tadi pun mempererat dekapannya, meluruhkan kegalauan hati sang anak. Bagi sang adik, sang ibu adalah tempat pertama baginya untuk menceritakan seluruh kegalauan hatinya. Bukan orang lain. Dan ia sungguh beruntung memiliki seorang ibu yang memiliki hati seluas samudera, yang mampu menampung apa saja keluh kesah sang anak.

Aku tak tahu apa saja yang dikatakan sang ibu, karena dialog privasi keluarga itu berlangsung lirih. Namun jelas sang adik telah terlipur. Wajahnya berangsur tenang. Keluh kesahnya telah tersampaikan. Sang ibu menampungnya dan menggantinya dengan mengalirkan kasih sayangnya. Kasih sayang yang ternyata mampu meredakan keluh kesahnya.

Pada titik ini, betapa redupnya kecantikan dibandingkan kilau cahaya kasih sayang. Betapa tak berartinya kecantikan di mata sang anak dibandingkan harapannya terhadap limpahan cinta sang ibu.

Sang kakak, yang telah puas berbagi bahagia dengan sang ibu, kembali melesat berlari, meninggalkan sang ibu, dengan semangat yang telah diperbarui. Sang adik menunggu di pangkuan sang ibu.

Bagi kakak yang baru lepas balita itu, dan adik yang masih balita itu, ibu barang kali adalah segalanya. Sehingga wajar jika Islam mengajarkan satu doa yang indah, “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil.”
Lewat ibulah seseorang pertama kali mengenal kasih sayang, yang dengannya seorang anak manusia bisa belajar bahwa Allah itu Maha Penyayang. Maka guru pertama dari pelajaran cinta dan kasih sayang Allah adalah sang ibu. Wajar jika manusia pertama yang berhak mendapatkan bakti seorang anak manusia adalah sang ibu itu sendiri.

Namun ironisnya, bisa jadi lewat ibu pulalah seorang anak manusia belajar secara keliru tentang hakikat dunia ini. Bisa jadi pula ia keliru memaknai sifat-sifatNya. Seorang ibu yang kasih sayangnya meredup, teredam gejolak duniawi yang memang acap merontokkan keimanan, dapat menjadi guru yang teramat buruk untuk anaknya. Seorang ibu yang kesabarannya berganti dengan kegusaran, kata-kata manisnya terusir oleh hardikan, dan perhatiannya hanya kepada dirinya sendiri, alih-alih kepada anaknya, agaknya adalah seorang ibu yang harus rajin-rajin meminta kepada Allah agar dipulihkan kembali energi kasih sayangnya. Energi yang sejatinya ada pada diri setiap manusia, yang telah Allah titipkan sejak ia lahir.

Ibu yang tak mampu mengenalkan anaknya kasih sayangNya, betapapun cantiknya ia, takkan menjadi pelabuhan bagi anaknya untuk belajar menjadi hamba Allah yang sempurna.

Namun bagaimana jika kita temukan kasih sayang yang berpadu dengan kecantikan? Jika kita menerima anugerah tak terperi seperti ini, kita harus mengimbangi geletaran jiwa ini, dengan kata-kata subhanallah, wal hamdulillah, wallahu akbar!

Apakah Syiah Itu?

Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam Islam.

Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut Ahli Bid'ah.

Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran Syiah Zaidiyah ada aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah Ismailiyah dll, maka saat ini apabila kita menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang sedang berkembang di negara kita dan berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan Syiah Khumainiyah. Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan dan permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita. Tokoh-tokoh Syiah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.

APA ARTI SYIAH MENURUT BAHASA?

Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang artinya pengikut, juga mengandung makna pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok. Sebagai contoh : Syiah Muhammad artinya pengikut Muhammad atau pecinta Muhammad atau kelompok Muhammad. Oleh karena itu dalam arti bahasa, Muslimin bisa disebut sebagai Syiahnya Muhammad bin Abdillah SAW dan pengikut Isa bisa disebut sebagai Syiahnya Isa alaihis salam. Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah SAW Syiah-syiah atau kelompok-kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah SAW, sehingga saat itu tidak ada lagi Syiah itu dan tidak ada Syiah ini. Hal mana karena Rasulullah SAW diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk membuat kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu.

Allah berfirman :
"Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai (berkelompok-kelompok)."(Surat Ali Imran)

Tapi setelah Rasulullah SAW wafat, benih-benih perpecahan mulai ada, sehingga saat itu ada kelompok-kelompok atau syiah-syiah yang mendukung seseorang, tapi sifatnya politik. Misalnya sebelum Sayyidina Abu Bakar di baiat sebagai Khalifah, pada waktu itu ada satu kelompok dari orang-orang Ansor yang berusaha ingin mengangkat Saad bin Ubadah sebagai Khalifah. Tapi dengan disepakatinya Sayyidina Abu Bakar menjadi Khalifah, maka bubarlah kelompok tersebut. Begitu pula saat itu ada kelompok kecil yang berpendapat bahwa Sayyidina Ali lebih berhak menjadi Khalifah dengan alasan karena dekatnya hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah SAW. Tapi dengan baiatnya Sayyidina Ali kepada Khalifah Abu Bakar, maka selesailah masalah tersebut. Oleh karena dasarnya politik dan bukan aqidah, maka hal-hal yang demikian itu selalu terjadi, sebentar timbul dan sebentar hilang atau bubar.

Begitu pula setelah Sayyidina Ali dibaiat sebagai Khalifah, dimana saat itu Muawiyah memberontak dari kepemimpinan Kholifah Ali, maka hal yang semacam itu timbul lagi, sehingga waktu itu ada kelompok Ali atau Syiah Ali dan ada kelompok Muawiyah atau syiah Muawiyah. Jadi istilah syiah pada saat itu tidak hanya dipakai untuk pengikut atau kelompok Imam Ali saja, tapi pengikut atau kelompok Muawiyah juga disebut Syiah. Argumentasi tersebut diperkuat dengan apa yang tertera dalam surat perjanjian atau Sohifah At-tahkim antara Imam Ali dengan Muawiyah, dimana dalam perjanjian tersebut disebutkan:

"Ini adalah apa yang telah disepakati oleh Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi Sufyan dan kedua Syiah mereka." (Ushul Mazhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah)

Dengan demikian penyebutan kata syiah pada saat itu memang sudah ada, tetapi hanya dalam arti bahasa dan dasarnya hanya bersifat politik dan bukan landasan aqidah atau mazhab. Adapun aqidah para sahabat saat itu, baik Imam Ali dan kelompoknya maupun Muawiyah dan kelompoknya, mereka sama-sama mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini dikuatkan oleh keterangan Imam Ali, dimana dalam suratnya kepada Ahli Amsor, beliau menceritakan mengenai apa yang terjadi antara beliau (Imam Ali) dengan Ahli Syam (Muawiyah) dalam perang Siffin sbb:

"Adapun masalah kita, yaitu telah terjadi pertempuran antara kami dengan ahli syam (Muawiyah dan Syiahnya). Yang jelas Tuhan kita sama, Nabi kita juga sama dan daâwah kita dalam Islam juga sama. Begitu pula Iman kami pada Allah serta keyakinan kami kepada Rasulullah, tidak melebihi iman mereka, dan iman mereka juga tidak melebihi iman kami. Masalahnya hanya satu, yaitu perselisihan kita dalam peristiwa terbunuhnya (Kholifah) Usman, sedang kami dalam peristiwa tersebut, tidak terlibat.(Nahjul Balaghoh – 448)

Selanjutnya, oleh karena permasalahannya hanya dalam masalah politik yang dikarenakan terbunuhnya Khalifah usman RA dan bukan dalam masalah aqidah, maka ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:
"Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan : Yaa Allah selamatkanlah darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka"(Nahjul Balaghoh – 323)

Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam Ali Kembali kepada pengertian Syiah yang dalam bahasa Arabnya disebut Syiah Lughotan, sebagaimana yang kami terangkan diatas, maka sekarang ini ada orang-orang Sunni yang beranggapan bahwa dirinya otomatis Syiah. Hal mana tidak lain dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka akan hal tersebut. Sehingga mereka tidak tahu bahwa yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah Madzhab Syiah atau aliran syiah atau lengkapnya adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja'fariyyah).

Oleh karena itu, istilah Syiah Lughotan tersebut tidak digunakan oleh orang-orang tua kita (Salafunassholeh), mereka takut masyarakat awam tidak dapat membedakan antara kata syiah dengan arti kelompok atau pengikut dengan aliran syiah atau Madzhab Syiah. Hal mana karena adanya aliran-aliran syiah yang bermacam-macam, yang kesemuanya telah ditolak dan dianggap sesat oleh Salafunassholeh. Selanjutnya salafunassholeh menggunakan istilah Muhibbin bagi pengikut dan pecinta Imam Ali dan keturunannya dan istilah tersebut digunakan sampai sekarang. Ada satu catatan yang perlu diperhatikan, oleh karena salafunassholeh tidak mau menggunakan kata Syiah dalam menyebut kata kelompok atau kata pengikut dikarenakan adanya aliran-aliran Syiah yang bermacam-macam, maka kata syiah akhirnya hanya digunakan dalam menyebut kelompok Rofidhah, yaitu orang-orang Syiah yang dikenal suka mencaci maki Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar. Sehingga sekarang kalau ada yang menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah aliran atau madzhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.

Memang dengan tidak adanya penerangan yang jelas mengenai Syiah Lughotan dan Syiah Madhhaban, maka mudah bagi orang-orang Syiah untuk mengaburkan masalah, sehingga merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dalam usaha mereka mensyiahkan masyarakat Indonesia yang dikenal sejak dahulu sebagai pecinta keluarga Rasulullah SAW.

Apa yang dimaksud dengan aliran (madzhab)Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah itu ?

Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah salah satu aliran Syiah dari sekian banyak aliran-aliran Syiah yang satu sama lain berebut menamakan aliran Syiahnya sebagai madzhab Ahlul Bait. Dan penganutnya mengklaim hanya dirinya saja atau golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bait. Aliran Syiah inilah yang dianut atau diikuti oleh mayoritas (65 %) rakyat IRAN. Begitu pula sebagai aliran Syiah yang diikuti oleh orang-orang di Indonesia yang gandrung kepada Khumaini dan Syiahnya.

Apabila dibanding dengan aliran-aliran Syiah yang lain, maka aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini merupakan aliran Syiah yang paling sesat (GHULAH) dan paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara pada saat ini. Dengan menggunakan strategi yang licik yang mereka namakan TAGIYAH (berdusta) yang berakibat dapat menghalalkan segala cara, aliran ini dikembangkan.

Akibatnya banyak orang-orang yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah tertipu dan termakan oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya (Islam) dan masuk Syiah.

Karena didasari oleh Ashobiyah atau kefanatikan yang mendalam, maka aliran ini cepat menjalar dan berkembang, terutama dikalangan awam Alawiyyin (keturunan nabi Muhammad) dan Muhibbin (pecinta mereka). Sehingga bagaikan penyakit kanker yang ganas sedang berkembang didalam tubuh yang sehat, yang ratusan tahun dikenal beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Sebenarnya bagi orang-orang yang berpendidikan agama, wabah ini tidak sampai menggoyahkan iman mereka, tapi bagi orang-orang yang kurang pengetahuan Islamnya, mudah sekali terjangkit penyakit ini.

Dalam situasi yang memprihatinkan ini, bangkitlah orang-orang yang merasa terpanggil untuk melawan dan memerangi aliran tersebut. Berbagai cara telah mereka tempuh, ada yang dengan jalan berceramah, ada yang dengan menulis, bahkan ada yang dengan jalan berdiskusi dan Alhamdulillah mendapat sambutan yang positif dari masyarakat dan dari pemerintah. Berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang penuh dengan saling hormat menghormati dan penuh dengan cinta mencintai serta penuh dengan maaf memaafkan karena berdasarkan Al Ahlaqul Karimah dan Al Afwa Indal Magdiroh (pemberian maaf disaat ia dapat membalas) serta Husnudhdhon (baik sangka), maka ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini penuh dengan caci maki dan penuh dengan fitnahan-fitnahan serta penuh dengan laknat-melaknat, karena dilandasi dengan Suudhdhon (buruk sangka) dan dendam kesumat serta kefanatikan yang tidak berdasar.

Dapat kita lihat bagaimana mereka tanpa sopan berani dan terang-terangan mencaci maki para sahabat, memfitnah istri-istri Rasulullah SAW, khususnya Siti Aisyah, bahkan Rasulullah sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.

Ajaran-ajaran Syiah yang meresahkan dan membangkitkan amarah umat Islam ini, membuat para ulama di seluruh dunia sepakat untuk memberikan penerangan kepada masyarakat. Ratusan judul kitab diterbitkan, berjuta kitab dicetak dengan maksud agar masyarakat mengetahui kesesatan Syiah dan waspada terhadap gerakan Syiah. Dalam menulis kitab-kitab tersebut para ulama kita itu mengambil sumber dan sandaran dari kitab-kitab Syiah (kitab-kitab rujukan Syiah), sehingga sukar sekali bagi orang-orang Syiah untuk menyanggahnya.

Selanjutnya dengan banyaknya beredar kitab-kitab yang memuat dan memaparkan kesesatan ajaran Syiah, maka banyak orang-orang yang dahulunya terpengaruh kepada Syiah, menjadi sadar dan kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Hal ini tentu tidak lepas hidayah dan inayah serta taufiq dari Allah SWT. Terkecuali orang-orang yang memang bernasib buruk, yaitu orang-orang yang sudah ditakdirkan oleh Allah sebagai orang Syagi (celaka dan sengsara).

Semoga kita dan keluarga kita digolongkan sebagai orang-orang yang Suadaâ atau orang-orang yang beruntung yang diselamatkan oleh Allah dari aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang sesat dan menyesatkan

Di nukil dari : www.elitha-eri.net

Jilbab Buka-tutup

Kasus I

Di sebuah resepsi pernikahan mewah seorang bos , seorang wanita menyapa saya. Sejenak, saya tertegun menatap wajah wanita yang mengenakan gaun malam ketat dengan belahan rendah di bagian dada itu. Sepertinya, saya mengenali wanita tersebut. Perlu waktu sekitar satu menit sebelum saya benar-benar mengenalinya. Anita-sebutlah demikian- adalah teman satu kantor tetapi beda divisi. Saya shock sekali melihat penampilan Anita malam itu. Pasalnya, saya terbiasa melihat dia di kantor sehari-hari dengan jilbab. Saat itu saya hanya bisa terpana dan tertegun, sedangkan Anita dengan santai dan senyum berlalu dari hadapan saya untuk menyapa tamu-tamu undangan yang lain. Masih penuhi oleh rasa terkejut dan penasaran, saya kemudian mencari teman kantor yang lain dan menceritakan perihal Anita. Teman saya itu menjawab,”Oh, Anita memang seperti itu. Buka-tutup. Kalau ke pesta, atau habis dari salon, dia gak pakai jilbab.” Hmm…

Kasus II

Sari-bukan nama sebenarnya-seorang gadis berjilbab berterus terang kepada saya bahwa dia tidak memakai jilbab jika sedang ‘jalan’ dengan seorang lelaki yang menjadi pacarnya. Mendengar pengakuannya, alis saya terangkat dan kening saya berkerut. “Loh kok begitu ? Memangnya kenapa harus buka jilbab. Pacaran saja sudah di larang, ini kok ditambah buka-buka aurat?” Tanya saya. Ternyata, Sari merasa jilbab membuatnya merasa terlihat lebih tua. “Gue kan malu, Wi. Umur gue kan emang lebih tua dari cowok gue, yaah….Cuma beda beberapa bulan aja sih. Kalau gue jalan sama dia pakai jilbab, gue keliatan makin tambah tuir. Lebih bebas tanpa jilbab. Kata cowok gue, gue keliatan kaya anak SMA, ABG gitu loooh…Lagian, cowok gue lebih suka gue lepas jilbab kalau lagi sama dia….begitu, jeung…!” o…o….w

Kasus III

Mba Yani-juga nama samaran- teller sebuah bank swasta mengeluh kepada saya bahwa dia belum diperbolehkan memakai jilbab. Padahal dia sudah naik haji tahun lalu dan ingin sekali menutup auratnya dengan sempurna. Saya heran. Ah, masa sih ? Padahal kan sudah banyak bank yang pegawai wanitanya memakai jilbab bukan hanya di bank-bank Syariah. “Yah, gak tau deh. Yang pasti di Bank Panin belum boleh pakai jilbab. Jadi, sementara ini solusi buat saya adalah buka-tutup. Berangkat pakai jilbab, selama jam kerja lepas jilbab, nanti pulang dipakai lagi.” Tuturnya. Kasus Mba Yani ini sama dengan seorang Cleaning Service yang sempat mengobrol dengan saya. “Mba sih, enak. Gak masalah kerja pakai jilbab. Kalau di tempat saya, belum boleh tuh ! Pilihannya, buka jilbab pas lagi kerja atau cari kerja di tempat lain.”

Tiga kasus di atas membuat saya merenung sejenak.

Pada kasus Anita dan Sari, apa sih yang menjadi alasan kuat mereka untuk melepaskan kain penutup kepala itu ? Rasanya, tidak ada. Mereka tidak di larang oleh pihak perusahaan tempat mereka bekerja untuk memakai jilbab seperti Mba Yani dan gadis Cleaning Service. Mungkin yang harus di tanyakan kepada mereka adalah apa yang menjadi dasar ketika mereka memutuskan untuk memakai jilbab.

Dasar yang utama adalah perintah Allah dalam Alquran.
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. (QS 33:59)

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(QS 24:31)

Jilbab bukan sekedar mode sesaat yang dipakai jika sedang ‘trend’ dan di lepas jika sudah tidak ‘nge-trend’ lagi. Jilbab adalah kewajiban bagi seorang wanita muslim yang telah baliqh. Andrea Hirata menulis di salah satu bukunya, Sang Pemimpi “Bagiku jilbab adalah piagam kemenangan gilang gemilang, kemenangan terbesar bagi seorang perempuan Islam atas dirinya, atas imannya dan atas dunia.”

Jilbab adalah identitas wanita Islam, mahkota yang harus di junjung tinggi. Jika seorang wanita telah memutuskan untuk berjilbab, maka ia harus siap dengan segala konsekuensinya. Siap menjaga sikap dan perilakunya. Sebab, jika seorang wanita berjilbab melakukan hal-hal yang tidak semestinya, maka yang dituding bukan hanya diri wanita itu, tetapi jilbab dan Islam. Contohnya, jika seorang wanita berjilbab merokok di tempat umum, maka masyarakat akan berkata “Kok pakai jilbab merokok ?” Jilbab dan Islam mendapat kesan negatif. Terlepas dari segala argument tentang hak asasi seseorang untuk bebas melakukan apapun sepanjang tidak mengganggu kepentingan orang lain, wanita yang telah memutuskan untuk berjilbab hendaknya menjaga adab perilaku.

Untuk kasus buka-tutup yang diuraikan di atas, saya berpendapat bahwa sebaiknya mereka –kaum muslimah- meluruskan niat, membekali diri dengan pemahaman dan ilmu yang cukup terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memakai jilbab. Karena bagi saya, detik saat memutuskan untuk memakai jilbab sama seperti membeli ‘one way ticket’. Maksudnya, tidak bisa berjalan mundur kembali. Dalam hal ini tidak ada alasan untuk menanggalkan jilbab kecuali pada mereka yang memang muhrimnya. Untuk yang ‘terpaksa’ buka-tutup jilbab karena alasan ekonomi, maka perbanyaklah mencari ilmu untuk mempertebal keyakinan bahwa rejeki itu sudah di atur-NYA. Tidak mungkin Allah mempersempit rejeki karena kita menjalankan apa-apa yang diperintahkan-NYA.

Saya bukanlah seorang ‘jilbaber’-jilbab super lebar dan gamis gombrong- namun saya terus belajar untuk meluruskan niat, memperkuat iman , mempertebal keyakinan dan memperbaiki diri.

Saya juga tidak berani ‘nge-judge’’ bahwa mereka yang memakai jilbab’biasa’ tidak sebaik mereka yang berjilbab lebar dan gamis. Sebab hanya Allah yang Maha Tahu dan berhak menilai masing-masing orang. “Don’t judge a book by its cover”

Renungan untuk suami-suami Bila Istri Cerewet

Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah
sekaliber Umar bin Khatabpun cerewet.

Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin
Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan
istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun.
Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya
melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun
terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan
istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal
melaporkan istrinya pada Umar.

Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan,
berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal
di luar sana , ia selalu tegas pada siapapun?

Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah
BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka

Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya,
niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh
elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak,
membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun
demi terpuasnya satu hal; syahwat.

Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki
untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia
mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak
diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.

Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api,
ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan
indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan
liuka yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan
raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu
menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah

Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam.
Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang
tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli
ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar
harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia
Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.

Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh
cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa
pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih
telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada
salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga
harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan

Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian
warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan
bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap
pagi menyiapkan pakaiannya, memilihkan apa yang pantas untuknya,
menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang
tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya
berkeluh kesah atas kecakapannya itu

4. Pengasuh Anak-anak

Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan
istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan.
Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar.
Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah
istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke
depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas
beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar
akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan

Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas
di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan
suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal
terasi danlalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi
istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami
memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak
pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami
tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan
sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu
menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang
disuka dan dibenci suami.

Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel.
Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di
pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara
hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan
untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia
mendengarkan keluh kesah buah lelah.

Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela
dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah
ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar
pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.

Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak
hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi
keluarganya.

Renungan Pola Interaksi Suami Istri

Pembicaraan mengenai pola interaksi yang bagaimanakah yang ideal untuk dapat dilaksanakan dalam upaya membangun sebuah keluarga mawaddah warahmah wasakinah menjadi sebuah topik pembicaraan yang selalu menarik untuk dibahas. Dalam pandangan Al-Quran, salah satu tujuan pernikahan adalah untuk menciptakan sakinah, mawaddah, dan rahmat antara suami dan, istri, dan anak-anaknya. Pembahasan kali ini cocok untuk pasangan yg baru akan membangun komitmen hidup bersama dlm rumahtangga atau pasangan yg ingin mempertahankan keharmonisan hidup berumahtangganya...

Hal ini tercemin dalam Al-quran surat Ar-Rum ayat 21 :

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya (sakinah), dan dijadikan-Nya diantaramu mawaddah dan rahmat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Kata Sakinah terambil dari Bahasa arab yang teridiri dari huruf-huruf 'sin', 'kaf' dan 'nun' yang mengandung makna ketenangan atau antonim dari 'kegoncangan' dan 'pergerakan'. Berbagai bentuk kata yang terdiri dari ketiga huruf tersebut, kesemuanya bermuara kepada makna di atas. Misalnya rumah dinamai 'maskan' karena ia adalah tempat untuk meraih ketenangan setelah penghuninya bergerak, bahkan boleh jadi mengalami kegoncangan di luar rumah.

Setiap jenis kelaminlelaki atau perempuan, jantan atau betinadilengkapi Allah dengan alat serta aneka sifat dan kecenderungan yang tidak dapat berfungsi secara sempurna jika ia berdiri sendiri. Kesempurnaan eksistensi makhluk hanya tercapai dengan bergabungnya masing-masing pasangan dengan pasangannya.

Benar bahwa sewaktu-waktu manusia bisa merasa senang dalam kesendiriannya, tetapi tidak untuk selamanya. Manusia telah menyadari bahwa hubungan yang dalam dan dekat dengan pihak lain akan membantunya mendapatkan kekuatan dan membuatnya lebih mampu menghadapi tantangan. Karena alasan-alasan inilah maka manusia menikah, berkeluarga, bahkan bermasyarakat dan berbangsa. Akan tetapi harus diingat bahwa keberpasangan manusia bukan hanya didorong oleh desakan naluri seksual, tetapi lebih daripada itu. Ia adalah dorongan kebutuhan jiwanya yang meraih ketenangan. Ketenangan itu didambakan oleh suami setiap saat, termasuk saat dia meninggalkan rumah dan anak istrinya, dan dibutuhkan pula oleh istri, lebih-lebih saat suami meninggalkannya keluar rumah.

Perlu dicatat bahwa sakinah bukan sekedar apa yang terlihat pada ketenangan lahir yang tercermin pada kecerahan raut muka yang ini bisa muncul akibat keluguan, ketidaktahuan, atau kebodohan. Akan tetapi sakinah terlihat pada kecerahan raut muka yang disertai kelapangan dada, budi bahasa yang halus, yang dilahirkan oleh ketengan batin akibat menyatunya pemahaman dan kesucian hati, serta bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekad yang kuat. Itulah makna sakinah secara umum dan makna-makna tersebut yang diharapkan dapat menghiasi setiap keluarga yang hendak menyandang nama Keluarga Sakinah.

Disamping sakinah, al-Quran menyebut dua kata lain dalam kontek kehidupan rumah tangga yaitu mawaddah dan rahmat.

Beberapa penulis Indonesia yg mumpuni dalam pengetahuan bahasa Arabnya, mengalami kesulitan dalam menemukan padanan kata ?mawaddah? dalam bahasa indonesiakarena kata cinta belum menggambarkan secara utuh makna kata tersebut. akan tetapi bisa dijelaskan melaui dampak ?mawaddah? bila telah bersemai dalam Jiwa seseorang. Ketika itu yang bersangkutan tidak rela pasangan atau mitra yang tertuang kepadanya ?mawaddah? disentuh oleh sesuatu yang mengeruhkan pasangannya, kendati boleh jadi si penyandang ?mawaddah? memiliki sifat dan kecenderungan kejam. Sesorang penjahat yang bengis sekalipun , yang dipenuhi hatinya oleh mawaddah, tidak akan rela pasangan hidupnya disentuh sesuatu yang buruk. Dia bahkan bersedia menampung keburukan itu atau mengorbankan diri demi kekasihnya. Ini karena makna asal kata ?mawaddah? mengandung arti kelapangan dan kekosongan. Ia adalah ?kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk?.

Rahmat/Rohmah dalam bahasa indonesia berarti Rasa Sayang, Rasa sayang kepada pasangannya merupakan bentuk kesetian dan kebahagiaan yang dihasilakannya.

Perlu digarisbawahi bahwa sakinah tidak datang begitu saja, tetapi ada syarat bagi kehadirannya. Ia harus diperjuangkan, dan yang pertama lagi utama, adalah menyiapkan kalbu. Sakinah/ketenangan demikian juga mawaddah dan rahmat bersumber dari dalam kalbu, lalu terpancar ke luar dari dalam bentuk aktifitas.

Alhamdulillah ketika cari di google ternyata ada cukup banyak yang membahasnya...dari sekian yg ada pada notes kali ini saya coba copas sebuah tulisan dari Agus Syafii..Tulisan tersebut ternyata memiliki kesesuaian dari pengalaman pribadi yg saat ini sudah menempuh 15thn bersama istri tercinta, maupun beberapa sahabat dekat yang lain hasil survei kecil-kecilan di warung kopi...nah sekali lagi ini adalah bahan renungan kita bersama untuk dijadikan checklist agar hubungan suami istri semakin harmonis dan insya Allah sesuai dengan manhaj/fikroh Islam... wallahua'lam...silahkan ikhwan dan akhwat sekalian dapat menambahkan dalil2 shahihnya... atau jika pengalaman teman-teman sudah melewati 20, 30, bahkan 40 thn hidup bersama sebagai suami istri bisa ikut sharing mau menambahkan atau mengurangi 28 point dibawah ini...

Semoga bermanfaat...

Dunia (hidup di dunia ini) adalah kesenangan dan sebaik-baik kesenangan di dunia ini adalah istri yang baik (sholehah). (Shahih Muslim, Kitab 14, Bab 17, Hadits No. 1467).

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh seorang istri yang sholehah di dalam keluarga, termasuk pergaulannya terhadap suami. Beberapa hal tersebut adalah:

1. Menjadi seorang istri yang baik adalah sedemikian penting sehingga dari titik pandang Islam, seorang istri yang baik dipandang sebagai sesuatu yang paling baik di dunia.

2. Peranan perempuan dalam rumah tangga sangat penting. Sesungguhnyalah ia merupakan faktor penentu.

3. Istri harus melakukan yang terbaik untuk menjaga agar suaminya tetap senang kepadanya.

4. Istri ideal harus memadukan tiga hal : Ia dapat membahagiakan suaminya bila suami melihatnya, dengan cara merawat diri agar selalu tampil cantik menarik di depan suaminya. Ia harus mentaatinya jika ia menyuruhnya; Ia tidak menentang keinginan suaminya baik menyangkut diri sang istri atau harta bendanya dengan melakukan sesuatu yang dicela olehnya.

5. Menolak tidur bersama suaminya ketika ia mengajaknya tidur adalah merupakan satu kesalahan besar yang harus dihindarkan.

6. Ketika sang istri berniat untuk berpuasa sunat, ia boleh melakukannya hanya setelah ada izin dari suaminya. Jika ia tidak memperoleh izin suaminya, maka suami berhak untuk membuatnya membatalkan puasa yang sedang dijalaninya. Alasan untuk ini adalah bahwa mungkin ia berkeinginan untuk melakukan hubungan seksual dengannya, yang tentu ia tidak bisa melakukannya jika sang istri berpuasa atas pemberian izin darinya.

7. Adalah kewajiban seorang istri untuk tidak mengizinkan seseorang, yang tidak diinginkan suaminya, untuk masuk ke dalam rumah tanpa izin darinya.

8. Istri tidak boleh memberikan sesuatu yang mungkin hak milik suaminya tanpa perkenannya.

9. Seorang istri tidak patut meminta dari suaminya uang tambahan atau apa yang ia tidak miliki atau tidak mampu memberikannya, dan ia harus menunjukkan rasa terima kasih atas apapun yang ia berikan.

10. Seorang istri harus mengakui bantuan apapun yang diberikan suaminya di dalam rumah.

11. Istri yang baik adalah ia yang taat pada perintah suaminya jika ia memintanya melakukan sesuatu.

12. Pada saat suami pulang ke rumah, istri harus menyambutnya dengan ramah dan menemuinya dengan penampilan yang baik dan cantik.

13. Istri harus berusaha untuk tidak mengabaikan kebutuhan-kebutuhan suaminya atau melalaikan tuntutan-tuntutannya. Semakin seorang istri memperhatikan suaminya, maka semakin besar pula cintanya kepadanya. Kebanyakan para suami – secara faktual, memandang perhatian sang istri pada mereka sebagai satu ekspresi dari cintanya.

14. Seorang istri harus berhati-hati untuk tidak menyampaikan pada suaminya, pada saat ia pulang, tentang persoalan-persoalan keluarga, atau mengadu padanya tentang anak-anak, dan lain-lain. Sebaliknya ia harus berupaya menciptakan suasana damai yang justru dibutuhkan suaminya setelah melewati hari-hari yang panjang dan melelahkan.

15. Seorang istri sebaiknya mendiskusikan masalah-masalah keluarga dengan suaminya pada saat-saat yang tepat.

16. Bagi seorang istri yang menghormati kerabat dekat suaminya dan memperlakukan mereka dengan ramah adalah – sesungguhnya – merupakan tanda penghargaan dan hormat bagi suaminya.

17. Seringkali meninggalkan rumah adalah suatu kebiasaan buruk bagi perempuan. Ia juga tidak boleh meninggalkan rumah jika suaminya keberatan ia berbuat demikian.

18. Istri tidak boleh bercengkrama dengan laki-laki asing tanpa mengindahkan keberatan suaminya.

19. Istri harus penuh perhatian terhadap suaminya pada saat ia berbicara.

20. Seorang istri tidak berhak meminjamkan sesuatu dari harta suaminya yang bertentangan dengan keinginannya. Tetapi ia boleh meminjamkan hak miliknya sendiri.

21. Menuntut perceraian dari suami tanpa alasan yang kuat adalah dilarang.

22. Jika seorang teman suami bertanya tentang dia, ia boleh menjawabnya tetapi tanpa harus terlibat dalam percakapan panjang lebar.

23. Terlalu banyak berargumentasi dan berdebat dengan suami, menghitung-hitung kesalahan suami, sebenarnya hanya akan menumbuhkan kebencian dan memperburuk hubungan.

24. Memelihara rumah dan menjalankan tugas-tugas rumah tangga adalah menjadi tanggung jawab istri. Oleh karena itu ia harus mengerjakan tugas-tugas merawat rumah, perabot rumah tangga dan lain-lain dan juga harus hemat.

25. Seorang istri tidak boleh memberi sedekah dari harta suaminya tanpa seizinnya.

26. Berbicara tentang atau menceritakan pada orang lain mengenai masalah-masalah seksual antara suami dan istri adalah merupakan dosa menurut Islam.

27. Seorang istri tidak perlu merasa takut untuk menyatakan cinta dan kasih sayangnya terhadap suaminya. Hal itu akan menyenangkan hatinya dan membuatnya lebih dekat pada keluarganya; selain itu jika ia tidak menemukan seorang perempuan yang menarik dan mencintainya di rumah, ia mungkin sekali akan terdorong untuk mencari hiburan dimana saja, di luar rumah.

28. Kepemimpinan dalam keluarga adalah menjadi hak suami. Bagi perempuan yang menuntut persamaan yang penuh dan sempurna dengan suaminya, akan berakibat pada adanya dua pemimpin dalam keluarga dan ini tidak dikenal dalam Islam. Meskipun begitu suami tidak boleh bertindak dengan cara otokratis dan menyalahgunakan posisinya. Ia harus memperlihatkan cinta dan kasih sayangnya dan memperlakukan istrinya sebagai partner hidup.

Senin, 09 November 2009

Tetap Bisa Cari Solusi

PDF Print E-mail

Mimpi buruk yang dialami Baginda Raja Harun Al Rasyid tadi malam menyebabkan Abu Nawas diusir dari negeri Baghdad. Abu Nawas tidak berdaya. Bagaimana pun ia harus segera menyingkir meninggalkan negeri Baghdad hanya karena mimpi. Masih jelas terngiang-ngiang kata-kata Baginda Raja di telinga Abu Nawas.

"Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tua. la mengenakan jubah putih. la berkata bahwa negerinya akan ditimpa bencana bila orang yang bernama Abu Nawas masih tetap tinggal di negeri ini. la harus diusir dari negeri ini sebab orang itu membawa kesialan. ia boleh kembali ke negerinya dengan sarat tidak boleh dengan berjalan kaki, berlari, merangkak, melompat-lompat dan menunggang keledai atau binatang tunggangan yang lain."

Dengan bekal yang diperkirakan cukup Abu Nawas mulai meninggalkan rumah dan istrinya. Istri Abu Nawas hanya bisa mengiringi kepergian suaminya dengan deraian air mata.

Sudah dua hari penuh Abu Nawas mengendarai keledainya. Bekal yang dibawanya mulai menipis. Abu Nawas tidak terlalu meresapi pengusiran dirinya dengan kesedihan yang terlalu mendalam. Sebaliknya Abu Nawas merasa bertambah yakin bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa akan segera menotong keluar dari kesulitan yang sedang melilit pikirannya. Bukankah tiada seorang teman pun yang lebih baik daripada Allah SWT dalam saat-saat seperti itu?

Setelah beberapa hari Abu Nawas berada di negeri orang, ia mulai diserang rasa rindu yang menyayat-nyayat hatinya yang paling dalam. Rasa rindu itu makin lama makin menderu-deru seperti dinginnya jamharir. Sulit untuk dibendung. Memang, tak ada jalan keluar yang lebih baik daripada berpikir. Tetapi dengan akal apakah ia harus melepaskan diri? Begitu tanya Abu Nawas dalam hati. Apakah aku akan meminta bantuan orang lain dengan cara menggendongku dari negeri ini sampai ke istana Baginda? Tidak! Tidak akan ada seorang pun yang sanggup melakukannya. Aku harus bisa menolong diriku sendiri tanpa melibatkan orang lain.

Pada hari kesembilanbelas Abu Nawas menemukan cara lain yang tidak termasuk larangan Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, Abu Nawas berangkat menuju ke negerinya sendiri. Perasaan rindu dan senang menggumpal menjadi satu. Kerinduan yang selama ini melecut-lecut semakin menggila karena Abu Nawas tahu sudah semakin dekat dengan kampung halaman.

Mengetahui Abu Nawas bisa pulang kembali, penduduk negeri gembira. Desasdesus tentang kembalinya Abu Nawas segara menyebar secepat bau semerbak bunga yang menyerbu hidung.

Kabar kepulangan Abu Nawas juga sampai ke telinga Baginda Harun Al Rasyid. Baginda juga merasa gembi mendengar berita itu tetapi dengan alasan yang sama sekali berbeda. Rakyat gembira melihat Abu Nawas pulang kembali, karena mereka mencintainya. Sedangkan Baginda Raja gembira mendengar Abu Nawas pulang kembali karena beliau merasa yakin kali ini pasti Abu Nawas tidak akan bisa mengelak dari hukuman.

Namun Baginda amat kecewa dan merasa terpukul melihat cara Abu Nawas pulang ke negerinya. Baginda sama sekali tidak pernah membayangkan kalau Abu Nawas ternyata bergelayut di bawah perut keledai. Sehingga Abu Nawas terlepas dari sangsi hukuman yang akan dijatuhkan karena memang tidak bisa dikatakan teiah melanggar larangan Baginda Raja. Karena Abu Nawas tidak mengendarai keledai.

(SELESAI)

Tipu Dibalas Tipu

PDF Print E-mail

Ada seorang Yogis (Ahli Yoga) mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan memperdaya Iman Abu Nawas. Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya.

Ketika mereka datang Abu Nawas sedang melakukan salat Dhuha. Setelah dipersilahkan masuk oleh istri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang santai.

Seusai salat Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para tamunya bercakap-cakap sejenak.

"Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan bergabunglah bersama kami." kata Ahli Yoga.

"Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?" tanya Abu Nawas polos.

"Besok pagi." kata Pendeta.

"Baiklah kalau begitu kita bertemu di warung teh besok." kata Abu Nawas menyanggupi.

Hari berikutnya mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi. Ahli Yoga dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka masing-masing. Di tengah jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak membawa bekal.

"Hai Abu Nawas, bagaimana kalau engkau saja yang mengumpulkan derma guna membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian." kata Pendeta. Tanpa banyak bicara Abu Nawas berangkat mencari dan mengumpulkan derma dari dusun satu ke dusun lain. Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan. Karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata, "Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga."

"Jangan sekarang. Kami sedang berpuasa." kata Ahli Yoga.

"Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja sedangkan bagian kalian terserah pada kalian." kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.

"Aku tidak setuju. Kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun:" kata Pendeta.

"Betul aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka." kata Ahli Yoga.

"Bukankah aku yang engkau jadikan alat pencari derma Dan derma itu sekarang telah kutukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengijinkan aku mengambil bagian sendiri. Itu tidak masuk akal." kata Abu Nawas mulai merasa jengkel. Namun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap bersikeras tidak mengijinkan Abu Nawas mengambil bagian yang menjadi haknya.

Abu Nawas penasaran. la mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengijinkan ia memakan bagianya. Tetapi mereka tetap saja menolak.

Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.

"Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian." kata Pendeta kepada Abu Nawas.

"Perjanjian apa?" tanya Abu Nawas.

"Kita adakan lomba. Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit." Pendeta itu menjelaskan.

Abu Nawas setuju. la tidak memberi komentar apa-apa.

IVfalam semakin larut. Embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri makanan itu. Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis makanan itu
hinggatidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru bisa tidur.

Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita, "Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirvana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidup ini."

Pendeta mengatakan bahwa mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betulbetul luar biasa. Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya.

"Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan temyata memang benar. Aku secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya."

Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta, Abu Nawas hanya diam. la bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun.

Karena Abu Nawas belum juga buka mulut, Pendeta dai Ahli Yoga mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.

"Kalian tentu tahu Nabi Daud alaihissalam. Beliau adalah seorang nabi yang ahli berpuasa. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau. Beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak dini hari Kemudian beliau menyuruhku segera
berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani mengabaikan perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu." kata Abu Nawas tanpa perasaa bersalah secuil pun.

Sambil menahan rasa lapar yang menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga saling berpandangan satu sama lain.

Kejengkelan Abu Nawas terobati.

Kini mereka sadar bahwa tidak ada gunanya coba-coba mempermainkan Abu Nawas, pasti hanya akan mendapat celaka sendiri.

(SELESAI)

Tugas Yang Mustahil

PDF Print E-mail

Abu Nawas belum kembali. Kata istrinya ia bersarna seorang Pendeta dan seorang Ahli Yoga sedang melakukan pengembaraan suci. Padahal saat ini Baginda amat membutuhkan bantuan Abu Nawas. Beberapa hari terakhir ini Baginda merencanakan membangun istana di awang-awang. Karena sebagian dari raja-raja negeri sahabat telah membangun bangunan-bangunan yang luar biasa.

Baginda tidak ingin menunggu Abu Nawas iebih lama lagi. Beliau mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk mencari Abu Nawas. Mereka tidak berhasil menemukan Abu Nawas kerena Abu Nawas ternyata sudah berada di rumah ketika mereka baru berangkat.

Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Baginda amat riang. Saking gembiranya beliau mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar menukar cerita-cerita lucu, lalu Baginda mulai mengutarakan rencananya.

"Aku sangat ingin membangun istana di awang-awang agar aku Iebih terkenal di antara raja-raja yang lain. Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud, wahai Abu Nawas?"

"Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini Paduka yang mulia." kata Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda.

"Kalau menurut pendapatmu hal itu tidak mustahil diwujudkan maka aku serahkan sepenuhnya tugas ini kepadamu." kata Baginda puas.

Abu Nawas terperanjat. la menyesal telah mengatakan kemungkinan mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali.

Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang. Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun sudah merupakan hal yang mustahil dikerjakan. Hanya Tuhan saja yang mampu melakukannya. Begitu gumam Abu Nawas.

Hari-hari berlalu seperti biasa. Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu benar-benar istana di langit. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung-hubungkan. Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya. Sampai ia ingat bahwa dulu ia pernah bermain layang-layang.

Dan inilah yang membuat Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan waktu lagi. la bersama beberapa kawannya merancang layang-layang raksasa berbentuk persegi empat. Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu-pintu serta jendela-jendela dan ornamen-ornamen lainnya.

Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan.

Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa, penduduk negeri gempar.

Baginda Raja girang bukan kepalang. Benarkah Abu Nawas berhasil membangun istana di langit? Dengan tidak sabar beliau didampingi beberapa orang pengawal bergegas menemui Abu Nawas.

Abu Nawas berkata dengan bangga. "Paduka yang mulia, istana pesanan Paduka telah rampung."

"Engkau benar-benar hebat wahai Abu Nawas." kata Baginda memuji Ab Nawas.

"Terima kasih Baginda yang mulia." kata Abu Nawas "Lalu bagaimana caranya aku ke sana?" tanya Baginda. "Dengan tambang, Paduka yang mulia." kata Abu Nawas.

"Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat." kata Baginda tidak sabar.

"Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu. Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun." kata Abu Nawas.

"Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?" tanya Baginda.

"Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia." kata Abu Nawas dengan bangga.

"Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa terbang ke sana." kata Baginda.

"Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi." kata Abu Nawas menjelaskan.

"Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?" tanya Baginda sambil melotot.

"Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu." jawab Abu Nawas tangkas.

"Apa maksudmu?" tanya Baginda lagi.

"Baginda tahu bahwa membangun istana di awang-awang adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjakannya. Sedangkan hamba juga tahu bahwa pekerjaan itu mustahil dikerjakan, Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu." kata Abu Nawas berusaha meyakinkan Baginda.

Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambi memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang.

"Sebenarnya siapa diantara kita yang gila?" tanya Baginda mulai jengkel.

"Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku." jawab Abu Nawas tanpa ragu.

(SELESAI)

10 Wasiat Rasulullah

Ada 10 wasiat Rasulullah kepada putrinya Fathimah binti Rasulillah. Sepuluh wasiat yang beliau sampaikan merupakan mutiara yang termahal nilainya bila kemudian dimiliki oleh setiap istri sholehah. Wasiat tsb adalah:

  1. Ya Fathimah, kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum, melebur kejelekan, dan meningkatkan derajat wanita itu.
  2. Ya Fathimah, kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah menjadikan dirinya dengan neraka tujuh tabir pemisah.
  3. Ya Fathimah, tiadalah seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaiannya, melainkan Allah akan menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
  4. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.
  5. Ya Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhoaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridho kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.
  6. Ya Fathimah, apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikitpun. Didalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman sorga. Dan Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.
  7. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang serta ikhlas, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah.
  8. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih.
  9. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.
  10. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman arak yang dikemas indah kepadanya yang didatangkan dari sungai2 sorga. Allah mempermudah sakaratul-maut baginya, serta kuburnya menjadi bagian dari taman sorga. Dan Allah menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal-mustaqim dengan selamat.

Begitu indah menjadi wanita, dengan kelembutan dan kasihnya dapat merubah dunia
Jadilah diri-dirimu menjadi wanita sholehah, agar negeri menjadi indah, karena dirimu adalah tiang negeri ini

IBU…, CERITAKAN AKU TENTANG IKHWAN SEJATI…

Seorang remaja pria bertanya pada ibunya: Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati…

Sang Ibu tersenyum dan menjawab…
Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya ….

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran… ..

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa …

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah…

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan…

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu…

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya. ..

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan…

Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca…

….setelah itu, ia kembali bertanya…
” Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?”
Sang Ibupun memberikan bukunya sambil berkata…. “Pelajari tentang dia…”
ia pun mengambil buku itu
“MUHAMMAD”, judul buku yang tertulis di buku itu…..

Duhai Suamiku…

Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.
Suamiku…..

Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan, “Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS: An Nisa' 19]. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang kita cintai pun berpesan, “Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka.” Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)

Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.

Saat diriku rela pergi bersama dirimu, kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, “Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?” Ali r.a. pun menjawab, “Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya.” Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.

Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, “Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian.” Janganlah engkau keras terhadapku, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun tak pernah berbuat kasar terhadap istri-istrinya.
Duhai Suamiku…

Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa, “Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya.” [HR Muslim]. Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.

Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.
Wahai Allah,
Engkau-lah saksi ikatan hati ini…
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu,
hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu,
jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu.
Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu,
ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.
Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin.

Bosan Hidup

Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji, “Ustad, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”

Sang Ustad pun tersenyum, “Oh, kamu sakit.”

“Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian ujar sang Ustad.

“Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang Ustad.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”

“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”

“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, “Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?”

Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.”

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?
” Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini ”.

Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya. Sesampainya dirumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang ustad pun berkata “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini……