Kamis, 29 Oktober 2009

MANSUR DAN BERUANG KUTUB RAKSASA

Mansur dan ibunya mencoba memutuskan di mana mereka akan menghabiskan libur musim panas. Ibunya menyarankan agar mereka pergi ke sebuah biro perjalanan, dan memutuskan liburan mereka dengan memperhatikan brosur-brosur yang mempromosikan negara-negara yang berbeda. Maka, pergilah mereka ke sebuah biro perjalanan. Begitu memasuki kantor biro itu, Mansur dan Ibunya berhadapan dengan poster-poster dinding bergambar tempat-tempat yang belum pernah mereka lihat. Ketika Ibunya berbincang-bincang dengan pegawai biro tersebut, Mansur mulai memeriksa poster-poster tersebut satu demi satu.
Mansur terkejut oleh suara yang datang dari sebuah poster di dekat tempatnya berdiri:
“Hei, Mansur, salam!” kata sebuah suara yang sangat dalam. “Mengapa kamu dan ibumu tidak berkunjung ke sini saja?”
Mansur mengarahkan kepalanya ke arah suara itu. Suara itu ternyata berasal dari seekor beruang kutub di poster yang tergantung tepat di sebelahnya.
“Halo!” katanya. “Kupikir, kamu adalah manusia salju raksasa.”
Beruang kutub itu tersenyum gembira. “Kamu benar. Dengan tubuh yang begitu besar, ditambah bulu-bulu putih ini, kami menyerupai manusia salju. Namun, dengan tubuh seberat 1.700 pon (800 kilogram), setinggi 8 kaki (2,5 meter), kami yakin jauh lebih besar daripada mereka.”
“Aku ingin datang mengunjungimu, mengenal dirimu dan keluargamu lebih baik lagi. Tapi, tempat tinggalmu benar-benar dingin.”
“Memang betul,” beruang itu menyetujui. “Kami tinggal di kawasan paling dingin di dunia seperti Kutub Utara, Kanada Utara, Siberia Utara, dan Antartika.”
“Terus, mengapa kamu tidak merasa dingin?” pikir Mansur.
“Pertanyaan yang bagus,” komentar teman baru Mansur. “Biar kujelaskan. Setiap bagian tubuh kami dirancang sesuai dengan lingkungan tempat tinggal kami. Menghadapi dingin yang membeku, es, juga badai-badai salju, lapisan lemak tebal yang secara ajaib diciptakan Allah di bawah kulit-kulit kami melindungi kami dari hawa dingin. Bulu-bulu kami, yang juga diciptakan secara khusus, tebal, lebat dan panjang. Allah menciptakan kami sesuai dengan iklim tempat tinggal kami. Pernahkah kamu berpikir mengapa kami tidak tinggal di gurun-gurun Afrika? Pikirkan itu! Jika kami tinggal di gurun pasir, kami akan kepanasan dan mati. Inilah salah satu tanda bahwa Allah telah menciptakan setiap makhluk hidup sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya.”
Mendapat kesempatan luar biasa untuk berbicara dengan seekor beruang kutub, Mansur mulai menanyakan apapun yang ingin diketahuinya:
“Aku ingat, sebagian besar beruang tidur di musim dingin. Apakah kalian, beruang-beruang kutub, juga begitu?”
Beruang itu mengguncang-guncangkan kepalanya yang putih, berbulu kusut. “Tidak, temanku sayang. Kami berbeda dengan beruang-beruang lain karena kami tidak tidur panjang di musim dingin. Hanya beruang-beruang betina, terutama yang sedang mengandung, yang melakukan itu.”
“Bagaimana bayi-bayi yang baru lahir memperoleh makanan?” Mansur ingin tahu.
“Syukur kepada Tuhan kami, Yang menyediakan segala sesuatu. Makanan untuk bayi-bayi yang baru lahir sudah tersedia bagi mereka. Ibu beruang kutub memberi makan bayi-bayinya dengan susunya,” beruang itu menjelaskan.
“Jadi, anak-anak itu hanya diberi susu saja?”
“Itu betul,” jawab beruang kutub. “Susu Ibu beruang mengandung lemak berkadar tinggi. Susu berlemak ini memenuhi kebutuhan anak-anaknya lewat kemungkinan cara terbaik. Dengan susu ini, bayi-bayi beruang kutub tumbuh sangat cepat, dan pada musim semi mereka siap untuk keluar dari liangnya.
“Mansur, kamu akan menyadari bahwa karena kami tinggal di belantara yang dingin, dan jelas-jelas tidak mampu menyelidiki apapun bagi diri kami sendiri, maka tak mungkin kami dapat mengetahui makanan yang diperlukan oleh bayi-bayi kami ketika baru saja dilahirkan. Juga, jelas tak mungkin bagi kami untuk menghasilkan susu di dalam tubuh kami sekehendak kami dengan upaya kami sendiri. Susu kami bahkan tidak diproduksi oleh pabrik paling modern sekalipun. Kebenaran ini jelas memperlihatkan kami keajaiban penciptaan Allah.”
“Kamu benar, temanku,” Mansur setuju. “Sedikit saja orang berpikir, maka ia dapat melihat keajaiban yang terjadi di sekitarnya setiap saat.”
Beruang kutub melanjutkan pembicaraan tentang dirinya. Kemudian ia berkata.
“Sekarang, aku punya pertanyaan untukmu. Tahukah kamu bahwa beruang-beruang kutub adalah perenang dan penyelam yang sangat baik?”
Mansur takjub. “Kamu pasti bercanda. Maksudmu, kamu bisa berenang? Dengan badan yang begitu berat, di air yang membekukan?”
“Aku nggak bercanda,” kata sang beruang. “Kami, beruang kutub, berenang dan menyelam dengan ahli. Ketika berenang, kami manfaatkan kaki-kaki depan. Allah, Sang Maha Pemurah, menciptakan kaki-kaki kami sedemikian rupa hingga dapat digunakan seperti dayung untuk berburu dengan mudah. Ia memberi selaput di antara jari-jari kami, seperti selaput di antara kaki-kaki bebek. Juga, untuk memudahkan berburu, Allah menciptakan kami sedemikian rupa hingga kami dapat menutup lubang hidung kami di dalam air, dan membuat mata kami tetap terbuka.”
“Seperti dapat kamu lihat, Mansur,” beruang kutub melanjutkan. “Allah telah menciptakan kami agar dapat bertahan hidup dalam kondisi-kondisi yang betul-betul sulit. Tidaklah mungkin kami mengembangkan sendiri ciri-ciri ini pelahan-lahan. Juga, tidak mungkin kami memperolehnya secara tiba-tiba. Allahlah yang mengajari kami apa yang kami perlukan untuk bergerak di air.”
“Apa kamu tidak merasa dingin sama sekali di dalam air es?” tanya Mansur, sedikit menggigil memikirkan itu.
“Sama sekali tidak,” kata beruang itu, sedikit bangga. “Kalau kalian, manusia, meletakkan tangan atau kaki kalian di atas gunung es, kalian harus cepat-cepat mengangkatnya. Tapi kami bahkan tidak merasa dingin, karena Allah menciptakan kaki berlapis bulu tebal, hingga tidak terpangaruh oleh hawa dingin. Jika kaki-kaki kami tertutup kulit seperti kamu, kami tidak akan pernah mampu hidup di lingkungan dingin seperti ini.”
Setelah mendengar apa yang diceritakan beruang kutub padanya, Mansur memahami lebih jelas lagi bahwa Allah memiliki kekuatan dan kehendak tak terbatas. Mansur teringat ketika menghabiskan liburan di desa. Ia telah berenang sepanjang musim panas, namun airnya hangat karena iklim yang lembut. Ia berpikir dan membandingkannya dengan air dingin tempat beruang kutub berenang. Maka, jelas baginya bahwa Allah telah menciptakan binatang-binatang ini sedemikian rupa, untuk membuat mereka tahan terhadap air dingin. Memikirkan itu, ia menyadari bahwa Allah menciptakan setiap makhluk dengan tubuh yang ideal untuk lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya, unta diciptakan sedemikian rupa hingga mereka dapat bertahan terhadap panas gurun. Teman Mansur, sang beruang kutub, kemudian memotong pemikirannya:
“Mansur, tahukah kamu mengapa kami berwarna putih atau kekuningan?”
“Tidak. Aku tidak pernah memikirkannya. Mengapa?”
Beruang menjelaskan. “Warna putih kami menjamin perlindungan kami dari musuh-musuh kami dalam lingkungan yang dingin, ber-es, tempat kami hidup. Kami nyaris tak terlihat bermil-mil di lapangan es putih, karena warna kami sama dengan es.”
Mansur terkesan. “Betapa masuk akalnya,” katanya. “Jika kamu hitam seperti burung gagak atau berwarna-warni seperti nuri, maka tak mungkin bagimu untuk bersembunyi. Itu berarti, kamu dalam bahaya.”
“Ya, Mansur. Ada banyak hal yang tidak pernah dipikirkan orang, dan hal-hal yang membuat mereka terbiasa menyaksikannya. Kenyataannya, Allah telah menciptakan apapun sesuai dengan kebijakan ilahiahNya.”
Mansur merasa sangat bersyukur pada Allah yang telah memberikannya kemampuan untuk berpikir dan memahami. “Kalau Allah tidak menghendakinya, aku mungkin akan membuang waktuku dalam kehidupan fana di dunia ini, mengabaikan pengetahuan dan kekuasaanNya yang luarbiasa.”
Memikirkan percakapannya dengan beruang kutub, Mansur menyadari betapa pentingnya kehidupan ini. Setiap informasi baru yang dipelajarinya, meningkatkan cinta dan kekaguman pada Allah. Karena ini, ia ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang beruang-beruang kutub.
“Aku yakin hidungmu lebih sensitif untuk membaui dibanding hidung kami, betulkah itu?” ia menduga.
Beruang menganggukkan kepalanya lagi. “Ya. Indera penciuman kami begitu kuat hingga kami dapat dengan mudah mendeteksi anjing laut yang bersembunyi di lapisan salju sedalam satu setengah meter. Seperti kamu ketahui, Allah Yang Maha Kuasa memberikan keunggulan ciri-ciri yang dimiliki tidak hanya pada kami, tapi juga pada makhluk-makhluk lain dengan cara yang sama.”
Mansur melanjutkan: “Aku tahu, terdapat bukti pengetahuan dan kekuasaan Allah yang luarbiasa dalam setiap makhluk hidup di muka bumi. Biarpun begitu, mendapatkan keterangan lengkap mengenai makhluk-makhluk hidup ini lebih banyak lagi, meningkatkan ketakjubanku pada penciptaan Allah yang luarbiasa.”
“Biarkan aku berpikir,” kata beruang itu. “Kami, beruang kutub, memiliki taktik-taktik menarik yang kami gunakan di musim dingin dan musim panas. Sekarang, pikirkan bulu putih yang membuat kami menyerupai manusia salju. Jika kamu hanya memikirkan bulu putih kami, kamu mungkin akan mengatakan, ‘Kamu tidak akan terlihat.’ Tapi jangan lupa bahwa kami punya hidung berwarna hitam. Hidung ini membuat kami tidak dapat sepenuhnya tersamar di antara salju. Jadi, apa yang kami lakukan? Dengan cerdik, kami tutupi hidung kami dengan bagian depan cakar yang berwarna putih. Dengan cara itu, kami menyembunyikan perbedaan warna. Kami menunggu dalam keadaan sepenuhnya tersembunyi di salju untuk menanti mangsa kami mendekat."
Mansur berseru dalam ketakjuban: “Itu benar-benar sangat cerdik!”
“Ya, Mansur. Beruang tahu bahwa mereka dapat menyamarkan diri mereka sendiri, dengan kata lain, menyembunyikan diri, karena bulu putih mereka dan padang salju di sekitar mereka berwarna serupa. Namun, lebih jauh lagi, mereka bahkan berpikir untuk menutupi hidung hitam mereka, yaitu satu-satunya halangan untuk penyamaran mereka di tengah putihnya salju. Tentu saja, seperti dapat kamu tebak, tidaklah mungkin beruang kutub memikirkan sendiri apa yang perlu dilakukan setelah beberapa kali kembali dari perburuan tanpa makanan, setelah itu baru menyadari bahwa mereka perlu menutupi hidungnya! Beruang hanya bertingkahlaku sebagaimana Allah mengilhamkan pada mereka untuk berperilaku. Allah merancang mereka dengan cara ini. Pada akhirnya, mereka, seperti makhluk hidup lainnya, berada di bawah kendali Allah.”
Mansur memutuskan untuk memberitahu Ibunya apa yang telah dipelajarinya tentang beruang kutub dalam perjalanan pulang, dan menjelaskan seni kreatif Allah yang tampak pada beruang-beruang itu. Ia berterimakasih pada temannya atas percakapan yang mengagumkan itu, dan kembali ke Ibunya.

Sesungguhnya telah Kami buatkan setiap macam perumpamaan bagi manusia dalam Al Quran ini supaya mereka mendapat pelajaran (Surat Az Zumar: 27).

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan kepadanya: “Jadilah.” Lalu jadilah ia (Surat Al Baqarah: 117).

[Orang-orang dengan kecerdasan adalah] mereka yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar