Kamis, 29 Oktober 2009

KASIF DAN BERUANG MADU

Seperti biasa, pagi-pagi sebelum ke sekolah, Kasif duduk di meja untuk sarapan. Ketika ibunya membuat teh, mata Kasif terpaku pada gambar seekor beruang di stoples madu. Ibunya sedang sibuk, saat beruang di gambar itu mengedipkan mata pada Kasif, dan berbicara padanya.
“Salam, Kasif! Menurutku kamu pasti menyukai madu seperti kami, para beruang …”
“Ya,” Kasif setuju. “Ibuku tak pernah melupakan madu setiap sarapan. Tetapi madu-madu kami berasal dari stoples-stoples pasar swalayan. Dari mana madumu kautemukan?”
Beruang mengerutkan hidungnya sebelum menjawab. “Tuhan kami, Yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan semua makhluk hidup dengan kemungkinan cara terbaik, memberi kami, para beruang, hidung-hidung panjang yang sangat peka untuk membaui. Berkat hidung ini kami dapat menemukan makanan dengan mudah.”
Kasif, yang pernah disengat olehl seekor lebah, kebingungan. “Ketika kamu menemukan sarang lebah dengan madu di dalamnya, bagaimana kamu mengeluarkan madu itu?” Ia berpikir.
Kali ini beruang tersebut menyodorkan cakarnya pada Kasif, agar anak itu bisa melihatnya. “Ketika kami temukan sarang lebah, kami ketuk-ketuk sarang itu keras-keras dengan cakar untuk menyingkirkan semua lebah di dalamnya. Lalu, kami menikmati santapan madu di dalamnya. Namun, apapun yang kamu lakukan, jangan coba-coba melakukan hal yang sama. Nanti, lebah bisa menyengatmu di mana-mana, dan membuatmu sangat-sangat sakit. Syukur kepada Allah, kami, para beruang, dilindungi dari sengatan-sengatan lebah berkat bulu tebal kami.”
Kasif berjanji tidak akan meniru perbuatan sang beruang. “Ada hal lain yang kupikirkan. Tidakkah kalian, beruang, merasa lapar sepanjang tidur musim dinginmu?” tanyanya.
Beruang itu menganggukkan kepalanya yang berbulu tebal. “Sebelum tidur sepanjang musim dingin, kami makan banyak sekali. Untuk membuat lapisan lemak di bawah kulit kami, kami makan banyak biji-biji pohon beech dan kastanye. Dengan begitu, kami bisa menyimpan lemak di dalam tubuh. Namun berat badan kami hilang ketika tiba saatnya keluar dari sarang di musim semi. Kendati demikian, kami bisa bertahan walaupun kehilangan sebagian besar bobot tubuh. Tentu saja, kami tidak memikirkan sendiri masalah penyimpanan lemak di tubuh kami, sebelum memulai tidur musim dingin yang panjang. Kebiasaan makan banyak-banyak sebelum tidur panjang ini diilhamkan pada kami oleh Allah Yang Mahakuasa.”
“Bisa kulihat sekarang,” kata Kasif, “bahwa setiap makhluk hidup di muka bumi adalah bukti tertinggi dari penciptaan Allah. Terimakasih karena sudah mengingatkan hal itu padaku, temanku …” Beruang itu mengangguk setuju.
Kasif lalu dikejutkan oleh suara Ibu yang memberitahunya bahwa sarapan telah siap. Sambil menikmati madunya, Kasif memikirkan beruang itu dan berterimakasih pada Allah, yang Maha Mengasihi, Yang telah menciptakan beruang begitu sempurna.

Tujuh langit, bumi dan siapapun yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak satupun melainkan yang bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya, Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun (Surat Al Israa’: 44).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar